
Berbisnis di bidang fashion selalu terbuka lebar bagi siapa pun.
Karena, dalam kondisi krisis ekonomi pun, biasanya orang, khususnya wanita, tetap belanja pakaian atau benda-benda fashion lainnya seperti sepatu, tas, aksesori, dan kosmetik.
Langkah-langkah apa saja yang diperlukan untuk terjun ke bisnis fashion, terutama bila Anda seorang pemula yang belum mengenal kondisi pasar dan modalnya pas-pasan?
Semua itu diungkapkan dalam sebuah workshop bertema Fashionpreneur yang dilselenggarakan di Conclave Café, Jakarta Selatan, pada 26 November 2016. Workshop ini merupakan pre-event dari serangkaian acara menuju Ria Miranda The Forth Annual Trend Show 2017 yang akan digelar pada 9-10 Desember 2016 di The Hall Senayan City, Jakarta.
Workshop yang dihadiri oleh para pebisnis fashion pemula (kebetulan semuanya bergerak di fashion muslim) maupun yang sedang berancang-ancang terjun ke bisnis fashion tampak antusias menyimak pemaparan tiga pembicara: Pandu Rosadi mewakili brand fashion muslim atau modest wear Ria Miranda, Akli Djumadie dari situs jual-beli online Hijup.com, dan Elsa Maharani dari brand kosmetik Wardah.
Ketiga pembicara sepakat bahwa branding dan rebranding sebuah produk sangatlah penting sebagai salah satu strategi pemasaran. “Kalau brand identity sebuah produk sudah begitu kuat, dengan hanya melihat warna atau bentuk logonya orang sudah tahu itu produk apa. Karena itu, sebuah brand juga harus bisa menjelaskan tentang dirinya sendiri, antara lain melalui apa yang disebut sebagai ‘brand DNA’,” kata Pandu Rosadi.
DNA brand Ria Miranda, antara lain, fashion muslim, (bergaris) feminin, sederhana, dan warna-warna pastel. “Kalau ada rancangan yang heboh dengan hiasan aneh-aneh, itu pasti bukan Ria Miranda,” Pandu menambahkan.
Menjual produk melalui toko online adalah salah satu alternatif yang bisa dipilih oleh para pebisnis pemula, karena tidak perlu mengeluarkan modal untuk menyewa toko yang biayanya tidak sedikit. Namun, toko-toko online, seperti Hijup.com, tetap menekankan kualitas produk yang baik bila pengusaha ingin berjualan di toko online mereka.
Kalau produk yang diterima konsumen ternyata tidak sebaik dan seindah seperti yang ditampilkan dalam foto, mau tak mau hal itu ikut menjatuhkan kredibilitas sebuah toko online di mata pelanggannya. “Dan Anda juga harus siap bila sewaktu-waktu mendapat pesanan dalam jumlah besar dari konsumen,” Akil Djumadie menegaskan.
Melakukan inovasi atau membuat sesuatu yang baru juga tak kalah penting untuk merebut pasar. Itulah yang dilakukan oleh brand kosmetik Wardah, yang kemudian menjadi pelopor produk kosmetik halal; sejak dari bahan dasar, proses, hingga produk akhir. Apalagi hasil survei Nielsen Indonesia mengungkapkan bahwa saat ini 55% wanita Indonesia mengenakan hijab, sehingga dengan sendirinya faktor kosmetik yang halal menjadi penting.
Wardah juga salah satu brand lokal yang memiliki brand ambassador paling banyak, yaitu delapan orang. Tak semuanya berhijab, bahkan salah satunya bahkan pria, yaitu penyanyi Tulus. “Melalui kedelapan brand ambassador itu, kami ingin menyampaikan brand identity Wardah, antara lain halal, natural, feminin, ramah, humble, girl next door appeal, harmoni, dan kebersamaan,” jelas Elsa Maharani.
Foto: Tina Savitri