
Film Indonesia yang paling dinanti-nanti tahun 2018 akhirnya tayang juga, "Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212," yang menghidupkan kembali cerita di dunia persilatan dari komik ikonis karya Bastian Tito.
"Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212" dibuka dengan hancurnya Desa Jatiwalu oleh gerombolan Mahesa Birawa (Yayan Ruhian), yang ingin membunuh Ranaweleng (Marcell Siahaan) dan istrinya, Suci (Happy Salma).
Anak Ranaweleng dan Suci, Wira, diselamatkan oleh sosok misterius bernama Sinto Gendeng (Ruth Marini), yang kemudian mendidiknya sebagai murid di pedalaman Gunung Gede.
Tujuh belas tahun kemudian, Sinto Gendeng menyebut Wira sebagai Wiro Sableng, memberinya kapak sakti Naga Geni, termasuk simbol 212 yang punya makna mulia. Wiro diminta Sinto Gendeng menjemput Mahesa Birawa, yang ternyata murid Sinto yang memilih bergabung dalam dunia hitam.
Dalam perjalanan menemukan Mahesa Birawa, Wiro bertemu Anggini (Sherina Munaf), murid Dewa Tuak (Andi/rif), pendekar mabuk yang mengenal Sinto Gendeng. Dewa Tuak menyuruh Anggini mengalahkan Mahesa Birawa jika ingin disebut pendekar.
Wiro juga bertemu rombongan Rara Murni (Aghniny Haque), adik Raja Kamandaka (Dwi Sasono), yang menyamar bersama Pangeran (Yusuf Mahardhika), keponakannya, untuk mengenal kehidupan rakyat biasa.
Usahanya menyelamatkan Rara Murni dan Pangeran dari gerombolan Mahesa Birawa (termasuk dibantu cameo Ken Ken, pemeran Wiro Sableng dalam serial "Wiro Sableng" tahun 90-an) membuatnya berjumpa Santiko Bujang Gila Tapak Sakti (Fariz Alfarizi), yang kemudian bergabung karena terpesona kecantikan Rara Murni.
Diam-diam Mahesa Birawa dan kelompok kriminalnya bergabung dengan pemberontak kerajaan yang didalangi Werku Alit (Lukman Sardi), adik Raja Kamandaka. Semula Wiro tak ingin membantu menyelamatkan kerajaan. Namun pertemuannya dengan sosok misterius Bidadari Angin Timur (Marsha Timothy) mengubah pikirannya.
Dan Wiro baru tahu bahwa Mahesa Birawa adalah pembunuh orang tuanya, ketika mereka berduel dalam pertarungan seru.
Diproduksi dengan dukungan Fox International Productions, film arahan Angga Dwimas Sasongko ini tak ragu menampilkan formula Hollywood dalam adegan laganya. Koreografi laga yang ditata Yayan Ruhian apik, apalagi saat duel puncak antara Mahesa Birawa dan Wiro Sableng.
Skenario dari Sheila Timothy, Tumpal Tampubolon, dan Seno Gumira Ajidarma mengingatkan saya pada cerita silat jadul, namun dengan bumbu dialog jaman now yang luwes, yang mengundang tawa (dari Syahrini sampai blusukan).
Namun yang paling mengangkat film ini adalah akting cemerlang Vino G. Bastian, yang memang menjiwai karakter ikonis ciptaan almarhum ayahnya itu. Vino berhasil menampilkan gaya eksentrik Wiro secara natural, juga beragam ekspresi Wiro saat bertemu karakter lainnya.
"Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212" juga menghadirkan chemistry kuat antara pemainnya. Chemistry Vino dan Ruth Marini sangat kuat, apalagi bromance antara Wiro-Santiko, yang ditampilkan jempolan oleh Vino dan Fariz Alfarizi.
Dikisahkan di Nusantara abad ke-16, kostum kerajaan film ini sudah terpengaruh gaya Eropa (biasanya di abad ke-17). Music score pun, menurut saya, agak berisik saat duel di klimaks film. Begitu juga kehadiran Marcella Zalianty sebagai ratu yang berganti baju empat kali dan hanya mengucapkan dua kalimat, he he.
Sebagai bukan pembaca komik, saya menikmati film ini, meski penasaran asal-usul Bidadari Angin Timur, juga sosok Pangeran Matahari (Abimana Aryasatya) di epilog film.
Penggemar komik pun mungkin belum puas karena beberapa tokoh hanya ditampilkan sekilas, begitu pula detail jurus-jurus maut seperti dalam komik, mengingat durasi film.
Namun di luar itu, film ini sangat menghibur, formula Hollywood membuat film ini pas ditonton di negara mana pun. Epilog yang mengambang sangat mengundang sekuelnya, yang sedang dalam persiapan skenario.
Foto: Fox International Productions/Lifelike Pictures