Keraguan saat ingin beralih pekerjaan atau berhenti dari zona nyaman di kantor, merupakan salah satu 'krisis’ masa paruh baya. Padahal, menurut Laura Berman Fortgang, penulis Now What? 90 Days to a New Life, orang yang bisa melepaskan diri dari pekerjaan kantor sesungguhnya tergolong berani dan patut dicemburui. Karena banyak orang yang ingin mengambil keputusan yang sama, namun masih takut untuk memulainya.
Melepaskan diri dari pekerjaan kantor memang bagai pisau bermata dua. Di satu sisi kita merasa bebas sebebas-bebasnya, tapi di sisi lain kita bisa terjebak dalam kecemasan yang menakutkan. Dua jenis perasaan ini bisa melanda kita secara berganti-ganti! Tapi uniknya, di tengah-tengah kebimbangan, biasanya ada ‘suara kecil’ yang mengatakan, apa yang kita lakukan itu benar dan sudah saatnya dilakukan. Semua orang yang berani pindah karier sesungguhnya memiliki rasa percaya diri yang cukup besar. Mereka tahu ke mana pun melangkah, mereka akan baik-baik saja pada akhirnya. Dengan pertimbangan matang dan jam terbang tinggi di bidang yang mereka geluti selama ini, mereka cukup memiliki 'modal' cukup untuk memulai jalur kerja yang baru.
Membangun kepercayaan diri
Sebelum memulai pekerjaan baru, analisis dulu kekuatan diri Anda. Rina, misalnya. Sebagai mantan Account Manager di sebuah bank, ia memiliki networking yang lumayan luas. Ketika sang suami didiagnosis kanker, ia memutuskan untuk berhenti bekerja demi merawat sang suami. Dengan modal jejaring tersebut, ia pun merintis kembali usahanya (yang dulu merupakan usaha sampingan) sebagai agen polis asuransi. Ia menelepon kembali nasabah-nasabah lamanya, minta diperkenalkan pada sahabat dan kerabat mereka untuk dijadikan calon klien-nya.
Pekerjaan ini tidak menuntutnya sering-sering ke luar rumah dan bisa sangat fleksibel, hingga bisa disambi dari rumah sambil merawat suaminya. Ketika keadaan sang suami membaik, Rina pun memperoleh kembali rasa percaya dirinya. Bahkan setelah dua tahun berjalan, ia terkejut sendiri ketika mendapat penghargaan sebagai salah seorang agen sales lepas dengan perolehan terbanyak. Dan ternyata income-nya lebih besar dibanding saat ia bekerja kantoran dulu.
Contoh lain, Laila yang setelah mengajukan 'pensiun dini', lebih fokus menekuni hobi lamanya yaitu menulis. Ia sadar, menulis novel memakan waktu lama dan hasil nominalnya pun belum pasti. Maka sambil mengerjakannya, berbekal pengalaman kerja puluhan tahun di bidang keuangan, ia pun menulis artikel-artikel pendek tentang keuangan keluarga untuk dikirimkan kebeberapa media. Melihat artikel dan namanya tercetak di salah satu majalah terkemuka, rasa percaya diri Laila tumbuh kembali.
Apa yang dilakukan Rina dan Laila memang perlu proses dan kesiapan mental yang matang. Kalau ingin ‘menghitung rezeki’, mereka merasa lebih beruntung. Dengan ‘pensiun dini’, merekamemiliki kemewahan yang tidak dimiliki ketika masih bekerja kantoran dulu yaitu: waktu dan kebebasan melakukan apa yang mereka sukai. Mereka kini lebih bahagia.
[Simak juga persiapan ganti karier di usia 40]
Melepaskan diri dari pekerjaan kantor memang bagai pisau bermata dua. Di satu sisi kita merasa bebas sebebas-bebasnya, tapi di sisi lain kita bisa terjebak dalam kecemasan yang menakutkan. Dua jenis perasaan ini bisa melanda kita secara berganti-ganti! Tapi uniknya, di tengah-tengah kebimbangan, biasanya ada ‘suara kecil’ yang mengatakan, apa yang kita lakukan itu benar dan sudah saatnya dilakukan. Semua orang yang berani pindah karier sesungguhnya memiliki rasa percaya diri yang cukup besar. Mereka tahu ke mana pun melangkah, mereka akan baik-baik saja pada akhirnya. Dengan pertimbangan matang dan jam terbang tinggi di bidang yang mereka geluti selama ini, mereka cukup memiliki 'modal' cukup untuk memulai jalur kerja yang baru.
Membangun kepercayaan diri
Sebelum memulai pekerjaan baru, analisis dulu kekuatan diri Anda. Rina, misalnya. Sebagai mantan Account Manager di sebuah bank, ia memiliki networking yang lumayan luas. Ketika sang suami didiagnosis kanker, ia memutuskan untuk berhenti bekerja demi merawat sang suami. Dengan modal jejaring tersebut, ia pun merintis kembali usahanya (yang dulu merupakan usaha sampingan) sebagai agen polis asuransi. Ia menelepon kembali nasabah-nasabah lamanya, minta diperkenalkan pada sahabat dan kerabat mereka untuk dijadikan calon klien-nya.
Pekerjaan ini tidak menuntutnya sering-sering ke luar rumah dan bisa sangat fleksibel, hingga bisa disambi dari rumah sambil merawat suaminya. Ketika keadaan sang suami membaik, Rina pun memperoleh kembali rasa percaya dirinya. Bahkan setelah dua tahun berjalan, ia terkejut sendiri ketika mendapat penghargaan sebagai salah seorang agen sales lepas dengan perolehan terbanyak. Dan ternyata income-nya lebih besar dibanding saat ia bekerja kantoran dulu.
Contoh lain, Laila yang setelah mengajukan 'pensiun dini', lebih fokus menekuni hobi lamanya yaitu menulis. Ia sadar, menulis novel memakan waktu lama dan hasil nominalnya pun belum pasti. Maka sambil mengerjakannya, berbekal pengalaman kerja puluhan tahun di bidang keuangan, ia pun menulis artikel-artikel pendek tentang keuangan keluarga untuk dikirimkan kebeberapa media. Melihat artikel dan namanya tercetak di salah satu majalah terkemuka, rasa percaya diri Laila tumbuh kembali.
Apa yang dilakukan Rina dan Laila memang perlu proses dan kesiapan mental yang matang. Kalau ingin ‘menghitung rezeki’, mereka merasa lebih beruntung. Dengan ‘pensiun dini’, merekamemiliki kemewahan yang tidak dimiliki ketika masih bekerja kantoran dulu yaitu: waktu dan kebebasan melakukan apa yang mereka sukai. Mereka kini lebih bahagia.
[Simak juga persiapan ganti karier di usia 40]