Inilah kisah Amelita Lusia (49 tahun). Selama sekitar 15 tahun, setelah lulus kuliah, ia malang melintang di dunia jurnalistik sebagai wartawan. Dan ketika media tempatnya bekerja ditutup dan ia mendapat pesangon yang lumayan, ia memutuskan kuliah lagi untuk mengambil program S2, tanpa target tertentu selain sekadar memenuhi minat pribadinya. Siapa sangka pendidikan S2 itu di kemudian hari menjadi salah satu bekalnya untuk memasuki dunia akademis sebagai dosen.
Menjadi wartawan dan penulis. Itulah yang menjadi passion utama Amelita sejak remaja. Itu pula yang membuatnya memilih kuliah di jurusan Komunikasi Massa Universitas Indonesia (UI). Sebagai wartawan, bisa dibilang, ia sudah mencicipi bekerja di tiga penerbit terbesar di Indonesia. Ia pernah magang di Harian Kompas (Kompas Group) saat sedang menulis skripsi. Ia juga pernah bekerja di majalah Matra dari Group Tempo, bahkan sampai di posisi Redaktur Pelaksana. Terakhir, ia bekerja di Femina Group sebagai Redaktur Pelaksana Feature Majalah Femina. “Meski sama-sama di bidang jurnalistik, semua tempat itu memberi saya tambahan ilmu yang tak ternilai harganya,” ujar ibu dari dua anak –Lana Lenora (24) dan Gregorius Brian (22)— ini.
Ketika majalah Matra ditutup, ia mendapat pesangon yang lumayan. Ingin sejenak ‘beristirahat’ dari dunia kerja, ia lantas menggunakan pesangonnya untuk melanjutkan kuliah S2. “Saya mengambil Jurusan Kajian Wilayah Amerika (American Studies) di UI. Tidak ada alasan atau tujuan khusus, hanya mengikuti ketertarikan pribadi saja,” kata wanita yang lantas menulis tesis tentang Oprah Winfrey, sang Ratu Talk Show – tesis tersebut kemudian dijadikan buku setelah ditulis ulang dalam bahasa yang lebih populer dan diberi judul Oprah Winfrey dan Rahasia Menaklukkan Panggung.
Setelah ‘menganggur’ beberapa waktu, lagi-lagi ia merasa tak betah. Ketika kuliah S2-nya selesai dan kesehatannya sudah memungkinkan, ia melamar ke sebuah perusahaan public relation (PR) berlisensi internasional dan nekat tinggal sebulan penuh di Aceh dalam rangka acara peringatan setahun bencana tsunami di Aceh dan Nias. Tugasnya mengurus media relation, karena acara akbar itu dihadiri oleh sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden AS waktu itu, Bill Clinton.