Ada tujuh rumah adat berbentuk kerucut dan beratap rumbia yang dihuni oleh tujuh keluarga (marga) yang berbeda. Namun karena cukup sering wisatawan yang ingin menginap di desa ini, maka satu rumah adat dialihfungsikan sebagai penginapan. Untuk makan sehari-hari, kita bisa meminta jasa penduduk setempat untuk memasak. Saat menginap di sini, pada suatu pagi saya mendapati pemandangan di luar separuh tertutup kabut. Dan karena berada di ketinggian dan dikelilingi bukit-bukit, desa ini tampak seperti melayang di atas awan. Oh, I’m in heaven!
Gua Liang Bua di Kecamatan Ruteng—masih di Kabupaten Manggarai—adalah tujuan saya selanjutnya. Gua ini menjadi sangat terkenal karena pada tahun 2003 di gua ini ditemukan fosil tulang belulang spesies homo floresiensis yang diduga sebagai nenek moyang orang Flores. Dan karena ukuran tengkorak dan tulang-tulang lainnya lebih kecil daripada manusia normal, homo florensiensis diduga sebagai manusia hobbit alias manusia mini.
Bukan hanya Ubud di Bali yang terkenal akan rice field terrace-nya yang berundak-undak. Desa Cara di Kabupaten Manggarai, Flores, pun sudah lama dikenal dengan model sawahnya yang berbentuk sarang laba-laba (spider web rice fields) yang disebut Cancar. Pemandangan sawah yang seperti sarang laba-laba itu merupakan pemandangan favorit para wisatawan asing. Uniknya, model sawah seperti ini terbentuk dari tradisi pembagian tanah di desa itu.