Menurut Marci Alboher,vice president Encore.org dan penulis buku Encore Career Handbook, setiap orang akan menemukan momen yang berbeda dalam hidupnya untuk berubah hingga kemudian mempertemukannya dengan karier impiannya. Perubahan tersebut biasanya tejadi karena kombinasi tiga faktor, yaitu: challenge, obstacles, dan realization atau kesadaran bahwa inilah saat yang tepat untuk berubah.
Marci mengungkapkan, setidaknya ada 6 tanda atau kondisi yang mendorong seseorang untuk mengubah kariernya, yaitu:
1.‘Burning out’
Momen dimana kita merasa sudah tidak sanggup lagi menjalani pekerjaan atau rutinitas yang telah kita lakukan selama ini. Kita merasa karier kita mentok dan tidak bisa berkembang lagi, atau kita merasa terlalu lelah (misalnya karena sering lembur), sehingga mengalami titik jenuh luar biasa, Seperti yang dialami Noviana Kusumawardhani saat ia masih bekerja sebagai creative director di sebuah biro iklan multinasional. Salah satu tuntutan terberatnya adalah harus selalu menghasilkan award bagi biro iklannya setiap tahun. Ia pun nekat ‘hijrah’ ke Ubud, Bali, meskipun saat itu ia hanya mengikuti intuisinya. Hidupnya berubah total setelah is mengikuti retret yoga dan mengambil Cudamani Summer Institute (belajar menari Bali selama sebulan, 6 jam sehari). Saat ini, ia menikmati bekerja paruh waktu dan sebagai pembaca tarot, meski penghasilannya jauh di bawah penghasilannya dulu. Namun ia menemukan jati diri dan tujuan hidupnya yang sebenarnya.
2. Nagging feelings atau perasaan yang mengganggu
Terkadang kita merasa ada sesuatu yang selalu mengganjal di hati setiap kali menjalankan pekerjaan kita. Meskipun tidak tahu apa yang harus dilakukan, kita yakin ada sesuatu yang harus diubah dari rutinitas ini. Persis seperti yang dialami Dewi Mallarangeng. Kesibukannya sebagai Senior Business Analyst di sebuah perusahaan investasi mengharuskannya sering pulang larut malam, bahkan Sabtu pun terkadang ia harus ke luar kota. Meskipun pekerjaan itu sesuai dengan minatnya, ia kerap dihantui rasa bersalah kepada keluarganya. Sampai suatu ketika ia terhentak ketika putra sulungnya berkata, “Mama, mana yang Mama pilih: your laptop or me?” Beberapa lama ia dilanda galau, antara ingin mempertahankan kariernya atau menjadi ibu rumah tangga dan mendampingi kedua puteranya. Setelah merenung selama 2 tahun, Dewi sadar bahwa keluarga lebih penting dari segalanya. Ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja kantoran dan memilih membuka butik batik “2 Nyonya” yang menjadi karier keduanya hingga saat ini.
[Simak juga persiapan ganti karier di usia 40]
3. Dream deffer atau mimpi yang tertunda
Kondisi dimana Anda merasa ada keinginan kuat yang selalu muncul dalam hati untuk mewujudkan impian Anda selama ini –apakah itu sekolah lagi, tinggal di kota/negara lain, bekerja sosial, atau menyalurkan bakat dan hobi terpendam. Kondisi inilah yang tampaknya mendorong Fatmah Bahalwan mendirikan komunitas Natural Cooking Club (NCC). Sejak masih bekerja kantoran, ia sadar akan passion-nya di bidang kuliner. Dimulai dengan berjualan kue di kantor dan menerima pesanan katering, akhirnya ia kebanjiran order. Ia pun memutuskan mengundurkan diri dari kantornya. Sejalan dengan passion-nya, ia pun menekuni bisnis katering dan menggagas grup milis berbagi resep masakan yang berkembang menjadi komunitas pencinta kuliner terbesar saat ini.
4. ‘The End of the Line’ alias kepepet
Pemicu perubahan bisa juga datang dari luar diri kita. Misalnya, di saat terjadi krisis moneter, perusahaan tempat kita bekerja bangkrut, atau ketika pasangan di-PHK. Kondisi ini memang agak sulit karena kita seolah dipaksa berubah. Namun ini bisa menjadi blessing in disguise. Seperti pengalaman Rina Poerwadi. Ketika suaminya dipindahtugaskan ke luar negeri di saat krismon, ia terpaksa meninggalkan kariernya di Jakarta. Karena tetap ingin punya kesibukan, ia tertarik belajar bidang aromaterapi. Di luar dugaan, ia menemukan dunia baru yang membuatnya kembali bergairah dan menjalani karier keduanya sebagai holistic aromatherapist.
5. Loss atau rasa kehilangan
Terkadang kita harus berubah karena kondisi yang tak terduga seperti terserang sakit kronis, kematian anggota keluarga, atau rasa kesepian. Pinky Warouw, misalnya, memutuskan pensiun dini dari pekerjaannya karena menderita penyakit kronis sehingga harus beristirahat total. Namun karena merasa kesepian dan tidak betah berdiam diri di rumah, ia menyalurkan hobi menyanyi lagu country sambil mengajar line dance. Sampai suatu ketika ia mengalami masalah serius pada pita suaranya sehingga harus ‘puasa bicara’ selama 6 bulan. ‘Cobaan’ ini mendorong Pinky untuk mempelajari bahasa isyarat. Awalnya sekadar untuk berkomunikasi, namun karena sering diminta menjadi penerjemah bahasa isyarat –khususnya di event internasional, Pinky lantas menjalaninya secara profesional. ‘Panggilan jiwa’ untuk melayani para disabilitas tuli ini membuat hidupnya lebih bergairah dan bahagia.
6. Crisis of Conscience atau krisis hati nurani
Kondisi krisis yang terjadi secara tiba-tiba atau terjadi dalam waktu yang panjang, sehingga membuat kita mencari jalan yang berbeda untuk tetap berkarya dan produktif. Ketika Windri Widiesta Dhari memutuskan pensiun dini dari kursi puncak manajemen sebuah perusahaan BUMN, ia ingin mencari pekerjaan baru yang lebih membahagiakan batinnya. Panggilan untuk berhijab ternyata membawa perubahan besar dalam hidupnya. Awalnya ia ingin merancang busana muslim yang sesuai dengan seleranya, namun dalam waktu kurang dari 5 tahun, brand NurZahra sudah berhasil merambah ke pasar global. Meski tak pernah menduga akan menjadi desainer, Windri yakin inilah karier impiannya.