Penantian Si Tiga Dara
Hari Sabtu berikutnya, kami dengan semangat berangkat ke tujuan wisata lainnya yang masih termasuk wilayah Blue Mountains, yaitu The Three Sisters. Terakhir datang ke sini sekitar sepuluh tahun lalu, saya kecewa akan cuaca buruk dan kabut yang membuat saya luput bertemu dengan Meehni, Wimlah, dan Gunnedoo, nama sang tiga dara tersebut.
Kali ini saya beruntung. ‘Tiga dara bersaudara’ ini sudah tampak dari kejauhan ketika kami tiba di kota kecil Katoomba dan mampir di Scenic World. Di sini kami naik ScenicSkyway (kereta gantung) untuk turun ke Jamison Valley, kemudian melesat kembali ke atas menggunakan Scenic Railway, kereta yang kecuramannya membentuk sudut 52 derajat. Kereta ini dulunya digunakan untuk mengangkut batu bara di hari-hari biasa, dan penumpang di akhir minggu. Tambang batu bara itu ditutup pada tahun 1945 dan kereta ini dijadikan atraksi turis. Sekarang, kereta aslinya telah ‘pensiun’ dan diganti dengan kereta baru dengan kecuraman yang sama.
Turun dari Scenic Railway, kami berjalan di jalan setapak sambil memerhatikan sisa-sisa tambang batu bara yang masih ada, termasuk alat-alat tambang dan contoh batu bara di atas gerobak pengangkut. Saya mengambil sebuah yang berukuran sedang sambil mengira-ngira beratnya. Saya baru tahu bahwa ternyata batu bara itu ringan!
Scenic World, sebagaimana tempat wisata umumnya, juga mengoperasikan toko cinderamata, restoran, bahkan teater. Namun kami tidak berlama-lama, karena akan melanjutkan perjalanan ke Echo Point, salah satu tempat yang strategis untuk menyaksikan The Three Sisters.
Scenic World, sebagaimana tempat wisata umumnya, juga mengoperasikan toko cinderamata, restoran, bahkan teater. Namun kami tidak berlama-lama, karena akan melanjutkan perjalanan ke Echo Point, salah satu tempat yang strategis untuk menyaksikan The Three Sisters.