Tenda di antara pantai dan hutan
Tendanya tentu bukan sembarang tenda. Di halaman depan tenda ada seperangkat meja dan kursi kayu, dan di tepi pantai ada dua daybed untuk bermalas-malasan. Dinding tenda didominasi kayu dan tembok, sedangkan atapnya dari kain kanvas berwarna krem dengan lapisan khusus antiair. Interior tenda seluas 54 meter persegi ini diberi warna senada. Lantainya dari kayu keras yang halus. Tempat tidur king size berkelambu diletakkan persis di tengah ruangan, dikelilingi sofa melingkar yang menempel di dinding. Di belakang tempat tidur terdapat meja tulis dengan dua topi lebar tergantung di kedua sisinya, lalu ada wastafel dan kaca rias. Sebelah kanannya shower, sedangkan sebelah kiri toilet. Toilet duduknya bermodel vintage dengan handel flush terbuat dari kayu berbentuk bandul jam kuno. Lucu.
Saya makan siang di sebuah resto terbuka di tengah-tengah kompleks resor, menghadap ke pantai. Tiang-tiangnya dari kayu kelapa yang kokoh, beratap alang-alang, dan hiasan serta ukir-ukiran khas Sumbawa di setiap sudut. Menu hari itu ditulis dengan kapur di papan tulis. Waiter mengangkat papan tulis itu beserta penopangnya ke hadapan saya.
Saya meminta menu khas daerah Sumbawa. Ternyata ada tiga pilihan: Singang, yakni gulai seafood, Sepat alias sup bening asam-segar, dan Gecok, semur daging sapi ala Sumbawa. Saya memilih Singang, dan tak lama kemudian gulai berkuah kuning kental yang berisi potongan ikan sembilang, cumi-cumi, dan udang pun terhidang, ditemani nasi wangi dalam wadah bambu. Rasa gurih-asam dan sedikit pedas terasa pas dengan suasana siang yang disejuki oleh angin laut yang bertiup tenang. Hidangan penutupnya adalah Honeycomb Ice Cream, es krim vanila dengan campuran madu asli Pulau Moyo dan butiran karamel. Tampilannya tidak wah, tapi menikmati es krim di tepi pantai sebuah pulau terpencil rasanya seperti mimpi.
Pukul 4 sore, saya diajak memancing di laut oleh dua orang staf Amanwana, sambil menunggu sunset. Kami memakai sebuah kapal kayu antik yang bagian atasnya diberi bantal-bantal untuk bersantai. Lokasi memancingnya ternyata hanya beberapa puluh meter saja dari dermaga, dengan alat pancing sederhana berupa gulungan senar dan mata pancing yang diberi pemberat. Umpannya potongan-potongan kecil ikan.
Tak disangka, memancing di sini ternyata sangat mudah. Hanya dalam satu jam, saya berhasil mendapat 5 ekor ikan karang yang unik. Salah satunya berwarna merah muda mirip ikan badut (nemo), selebar telapak tangan. Hmm, hasil yang bagus untuk saya, yang tidak pernah lagi memancing dalam 20 tahun terakhir.
Puas memancing, saya pindah ke lantai dua untuk menunggu sunset. Sore yang kekuningan perlahan berubah menjadi oranye kemerahan ketika matahari yang bulat sempurna turun ke peraduannya. Amanikan, kapal pinisi kebanggaan Amanwana yang sedang membuang sauh di depan sana, perlahan-lahan berubah menjadi siluet, dan bias cahaya matahari senja berubah menjadi spektrum warna biru dan oranye berlapis-lapis di permukaan air laut. Menggetarkan!
(bersambung)