Wanita dan pria punya rasa cemas yang sama menghadapi masa depan. Bedanya, pria cenderung 'tidak mau mengaku' karena pride yang tinggi. Sementara wanita lebih senang sharing atau curhat bila punya masalah. Itulah sebabnya lebih banyak wanita yang datang ke konsultan atau cenayang untuk meminta saran. Bahkan kalau mau jujur, wanita sebenarnya hanya ingin mendengar ramalan yang 'baik-baik' saja tentang diri mereka. “Kalau ramalannya bagus aku percaya, kalau jelek, nggak ah!” Itu komentar yang mungkin sering Anda dengar.
“Saya biasanya membiarkan klien wanita untuk mengeluarkan unek-unek, karena secara psikologis itu berarti ‘penyembuhan' batin. Mereka terkadang hanya butuh tempat curhat atau orang yang mau mendengar keluh-kesah mereka. Syukur-syukur saya bisa memberi jalan keluar,” kata Feri Purwo Leksono, salah seorang peramal berpenampilan funky. Ia biasanya berpraktik di mal-mal dan melayani konsultasi via telepon, sms, bahkan email.
Topik yang ditanyakan kaum wanita juga klasik, tak jauh dari persoalan karier dan asmara. Pada wanita usia 40-an, misalnya, kecemasan akan kesetiaan pasangan cukup tinggi. Mereka takut pasangan berselingkuh atau punya istri lagi. Dalam kasus ini,Feri mencoba bersikap obyektif. “Saya mengajak mereka melakukan introspeksi diri, daripada hanya 'menyerang' suami atau si wanita ketiga,” ujar ayah dari 2 anak ini.
Walau ramalan tak selalu bisa dipercaya seratus persen, tampaknya sedikit saja 'gambaran' tentang masa depan sudah bisa membuat orang lebih tenang. Maka tak heran jika banyak yang ‘ketagihan’ dan terus datang lagi minta diramal.
“Saya biasanya membiarkan klien wanita untuk mengeluarkan unek-unek, karena secara psikologis itu berarti ‘penyembuhan' batin. Mereka terkadang hanya butuh tempat curhat atau orang yang mau mendengar keluh-kesah mereka. Syukur-syukur saya bisa memberi jalan keluar,” kata Feri Purwo Leksono, salah seorang peramal berpenampilan funky. Ia biasanya berpraktik di mal-mal dan melayani konsultasi via telepon, sms, bahkan email.
Topik yang ditanyakan kaum wanita juga klasik, tak jauh dari persoalan karier dan asmara. Pada wanita usia 40-an, misalnya, kecemasan akan kesetiaan pasangan cukup tinggi. Mereka takut pasangan berselingkuh atau punya istri lagi. Dalam kasus ini,Feri mencoba bersikap obyektif. “Saya mengajak mereka melakukan introspeksi diri, daripada hanya 'menyerang' suami atau si wanita ketiga,” ujar ayah dari 2 anak ini.
Walau ramalan tak selalu bisa dipercaya seratus persen, tampaknya sedikit saja 'gambaran' tentang masa depan sudah bisa membuat orang lebih tenang. Maka tak heran jika banyak yang ‘ketagihan’ dan terus datang lagi minta diramal.