Tak bisa dibuang
Penimbunan lemak visceral, baik dari segi kesehatan maupun penampilan, sangat tidak menguntungkan. Perut jadi tampak buncit tanpa bisa dicegah maupun dihilangkan. “Kalau timbunan lemak tadinya di level satu, maka pada masa menopause melonjak jadi level 3,” ujar dr. Grace. Agar timbunan itu tidak semakin meningkat, cara terbaik adalah menyeimbangkan secara ekstra hati-hati makanan yang kita makan dengan kegiatan fisik yang kita lakukan.
Sedot lemak bukan cara yang baik untuk mengurangi lemak visceral, karena memang tidak mungkin dilakukan. Sedot lemak hanya bisa dilakukan pada lemak bagian luar atau lemak di bawah kulit. Padahal, justru lemak di dalamlah yang membuat perut buncit, sementara sedot lemak tidak boleh sampai menembus otot. Kalau disedot sampai terlalu jauh ke dalam, bisa menembus organ (hati, usus, ginjal, dan sebagainya). “Kalau sampai ada pasien mati berdarah-darah karena sedot lemak, itu pasti penyedotannya menembus otot,” dr. Grace mengingatkan.
Lantas bagaimana dengan terapi sulih hormon (hormone replacement)? Dr. Grace mewanti-wanti agar kita berhati-hati dengan penawaran terapi sulih hormon, khususnya hormon estrogen – biasa disebut terapi estrogen saja. Terapi ini dilakukan untuk membuat tubuh memiliki estrogen lagi, tetapi estrogen sintesis. Hasilnya, kulit memang menjadi halus dan kenyal kembali, mencegah tulang keropos, dan sistem kardiovaskuler terlindungi. “Terapi seperti ini ada rambu-rambunya, dan tidak semua orang bisa menjalaninya,” dr. Grace menegaskan. Bagi wanita yang cenderung punya kista di payudara, terapi estrogen bisa mengundang bahaya, karena estrogen buatan itu akan merangsang buli-buli air susu.
Demikian juga dengan mengonsumsi suplemen fitoestrogen, misalnya kedelai. Di dalam tubuh, kandungan isovlavon pada kedelai akan berlaku seperti estrogen. “Ada yang mengatakan itu bisa menggantikan esterogen. Tapi orang-orang yang punya tumor di payudara tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi kedelai,” papar dr. Grace. Ia menyarankan, bila seseorang punya kecenderungan memiliki kista atau tumor payudara yang peka estrogen, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter ginekologi sebelum memutuskan untuk menjalani terapi hormon. “Sebab, bila estrogennya ditambah, bisa saja tumor malah membesar dan membentuk sel-sel baru.”
Immanuella F. Rachmani
Konsultan: dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt. dari Shape Up Indonesia