Bukan obyek
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh para terapis seks, wanita perlu memperkuat sexual voice kewanitaannya, yaitu mengambil tanggung jawab untuk meminta dan menuntun kearah kepuasan, serta mengambil alih kendali pada saat bercinta, bergantian dengan suaminya.
Dalam hal seksual wanita, ada persamaan pada kebudayaan barat dan timur. Yaitu kepuasan wanita tidak hanya pada saat orgasme tapi juga pada perasaan bahwa dirinya tidak hanya dijadikan obyek seksual pria, melainkan menjadi subyek bagi dirinya sendiri. Aktualisasi diri itulah yang menjadikannya wanita seutuhnya. Dan hal ini memang harus betul-betul diperjuangkan, yaitu wanita mempunyai hak yang sama dengan pria.
Untuk mencapai kondisi mental yang baik secara seksual (sexually healthy wellbeing), sebaiknya nilai-nilai normatif dalam masyarakat yang sifatnya membuat wanita hanya sebagai obyek penderita, selayaknya tidak dijadikan patokan untukmenilai baik-buruknya seorang wanita. Karena wanita juga bebas berekspresi, berfantasi, dan menentukan kapan butuh atau tidak butuh seks.