Esoknya, kami sengaja bangun lebih awal untuk menikmati sunrise sambil berbaring di hammock di depan kamar. Suasana pagi yang cerah dan damai membuat saya sempat berpikir untuk memulai hidup di pulau dan hanya menerima pekerjaan remote dari Jakarta.
Hari ini kami berencana untuk snorkeling di sekitar Pulau Rubiah. Nyatanya, keindahan bawah laut Pulau Rubiah benar-benar membuat saya betah berlama-lama snorkeling. Pulau ini dikenal dengan surga taman lautnya. Di bawah air kita bisa menemukan panorama yang luar biasa, seperti berbagai macam ikan tropis, kerang raksasa, dan terumbu karang warna-warni yang sangat memanjakan mata. Terumbu karang di Pulau Rubiah terdiri dari berbagai jenis, bentuk, dan warna, yang membantuk gugusan karang yang spektakuler.
Kabarnya dulu Pulau Rubiah adalah tempat transit jemaah haji asal Aceh yang ingin berlayar menuju Mekah pada masa Kerajaan Aceh. Tidak heran bila di sepanjang perjalanan menuju pantai, saya beberapa kali bertemu dengan bangunan tua bekas asrama haji.
Setelah istirahat makan siang dengan menu ikan bakar segar, kami melanjutan snorkeling di sekitar dermaga Iboih. Sambil menunggu ombak dan angin mereda, kami menyapa pasangan-pasangan turis asing yang asyik mengayuh kayak melewati kami. Ini jelas pemandangan langka yang tak bakal ditemukan di tengah kemacetan Jakarta. Enaknya menginap di Iboih adalah kami bisa nyebur ke laut sesuka hati, setiap saat. Baru dua hari di sana, kami langsung terbiasa dengan siklus hidup anak pantai, yaitu tidur, nyebur, dan makan.
Malam terakhir di Iboih kami nikmati dengan menyantap seafood sepuasnya. Kabarnya, kalau menyelam di lepas pantainya, kita akan menemukan titik hidrothermal yang menghasilkan gelembung-gelembung air panas di dalam air. Tapi sayangnya kali ini kami tak bisa menyelam karena tak punya sertifikat diving. Padahal, pasti sangat seru!
Teks & foto: Firly Afwika