Belajar qi gong
Bali Spirit Festival tahun 2013 ini memusatkan upayanya untuk meningkatkan semangat belajar dan kolaborasi global melalui perayaan atas keberagaman kreatifitas dan spiritualitas dunia, serta memercayai kapasitas ajang ini dalam mendorong perubahan ke arah yang positif pada tingkat diri dan komunitas.
Tema itu tentu tidak berlebihan. Di atas panggung akbar ini, setiap orang membuka hati dan mengubah pikiran untuk menimba berbagai ilmu yang digelar melalui berbagai workshop, dari berbagai negara. Ribuan orang memenuhi ‘panggung akbar’ ini untuk mengalami pencerahan.
“When I was young, I ask to my mom; ‘mom, I want to do Qi Gong’. But my mom said; ‘no dear, Qi Gong is not for you. Qi Gong is for your grandma’,” cerita saya pada Ronan Tang, instruktur Taoism Qi Gong & Traditional Chinese Medicine, Yoga Therapy dari China. Mr. Tang tertawa geli. Setelah mengikuti kelas Qi Gong, saya menyempatkan ngobrol dengannya. “How do you feel now?” tanyanya. Jujur saja, selama 2 jam mengikuti instruksi dan melakukan gerakan-gerakan Qi Gong, detak jantung saya melambat, saya jadi lebih rileks dan bugar. Otak saya - mungkin saat tiba di pulau Dewata ini tinggal setengah karena sengatan matahari - kembali normal.
Menurut Tang, Qi Gong tidak hanya untuk kaum manula. Olah napas ini bisa dilatihkan pada anak mulai usia 8 tahun sampai manula usia 80 tahun. Menarik napas secara tepat, berarti menghirup energi baru. Energi baru untuk mencegah berbagai penyakit dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang mengalami gangguan. Energi baru ini juga penting untuk membuka sumbatan-sumbatan dalam tubuh yang mengakibatkan rasa tidak enak badan. “Dua tahun lalu ibu saya terkena stroke. Selama ini saya membantunya melakukan Qi Gong. Syukur, sekarang jauh lebih baik,” ujar Tang. Di pagi hari itu, pikiran saya yang salah selama ini mengalami perubahan.
IR