Tak terasa hari sudah mulai siang. Kami pun beristirahat sejenak untuk makan siang. Kuliner dan suvenir di sekitar wilayah Situs Gunung Padang belum berkembang. Yang ada baru warung-warung makan sederhana yang dikelola penduduk. Setelah makan siang, kami melanjutkan hiking ke Gunung Padang.
Ada dua jalur yang dapat ditempuh yakni jalur terjal dan curam, serta jalur landai, namun agak panjang. Kami mengambil jalur terjal karena lebih cepat sampai ke lokasi. Kalau memilih jalur terjal, pastikan memakai sepatu atau sandal trekking agar tidak terpeleset. Trekking cukup membuat badan kita berkeringat, sehingga jangan sampai dehidrasi. Bawa air minum yang cukup.
Megah sekali. Itulah kesan pertama saya ketika tiba di Gunung Padang. Saya dan rombongan mendengarkan dengan seksama sejarah dan mitos Gunung Padang dari Abah Dadi.

Gunung Padang merupakan salah satu situs megalitik yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Konon para arkeolog mengatakan bahwa peradaban di Situs Gunung Padang ini diperkirakan berusia 13 ribu tahun sebelum Masehi dan lebih tua dari peradaban Mesopotamia dan Piramida Mesir. Luas situs Gunung Padang itu diperkirakan mencapai 10 kali luas Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Abah Dadi mengatakan, “Ada 5 teras di Gunung Padang, di mana puncak paling tinggi dinamakan Eyang Pembuka dipercaya masyarakat setempat sebagai tempat untuk bersemedi. Tidak sedikit orang yang datang ke Gunung Padang bersemedi di teras tingkat 5 ini. “Teras ke 5 ini, yang dipercaya sebagai singgasana Prabu Siliwangi, tokoh legenda dari Jawa Barat”, tambah Abah.

Perjalanan kami di hari pertama ditutup dengan menikmati semburat matahari tenggelam dari Gunung Padang. Bebatuan purba di temani hamparan langit itu indah sekali. Kami pun memutuskan menunggu bintang bermunculan. Esok paginya sebelum kami meninggalkan Gunung Padang, kami menyempatkan diri untuk menikmati matahari terbit yang indah. Benar-benar pengalaman tak terlupakan yang bukan hanya memuaskan mata, namun juga hati.
Teks & foto: Rina Linza