
“Saya sangat terkejut dengan budaya kerjanya,” tutur Suwartini, Komisaris Independen Commonwealth Bank saat baru saja pindah ke salah satu bank pemerintah di Indonesia setelah 14 tahun berkarier di luar negri untuk UNHCR. Kini, Suwartini telah aktif di dunia perbankan selama lebih dari 20 tahun dengan beragam tantangan yang telah ia taklukan. Menjadi pemimpin di industri yang berbeda membutuhkan syarat lain. “Harus cepat adaptasi, menjalankan konsep pembaharuan yang bisa dieksekusi, dan memimpin tim,” ujar Alexander Sriewijono, Founder Daily Meaning.
Ibarat membanting setir saat berkendara, sedikit gagap dan terkejut memang pasti ada saat memulai bekerja di tempat baru. Tapi, seorang pemimpin profesional harus cepat mengatasi situasi. Bekerja belasan tahun di organisasi internasional membuat Suwartini terbiasa bergerak cerdas, teliti, dan cepat. Dalam dua minggu, Suwartini mempelajari perbankan Indonesia di bank pemerintahan tempat ia bekerja di industri pertama kali.
“Saya pikir leader baru di tempat baru harus fast learner dan harus cepat adaptasi. Apalagi bank yang sarat regulasi, kita harus kompeten dan tahu bagaimana memberikan pelayanan. Kalau kita tidak cepat belajar dan tidak tahu bagaimana memberikan pelayanan dari awal nanti susah berinovasi, bisa bisa produknya hanya tabungan dan deposito,” ungkapnya dengan tegas.
Meski demikian ia mengakui budaya kerja yang lambat di antara para staf dan birokrasi sempat membuatnya mengalami shock culture. “Bahkan ada yang tidur di tengah jam kerja,” cerita Suwartini yang memilih bekerja di Indonesia karena ingin kembali dekat dengan keluarga. Tapi, sebagai new comer, ia memilih untuk menjadi pengamat budaya perusahaan sementara. “Saya memilih diam dan mempelajari situasi dulu nanti saya benahi pelan-pelan,” ujar Suwartini.
Seorang pemimpin baru, menurut Ayu Shinta Sadewo dari dpi Consulting lebih baik mempelajari produk perusahaan tersebut dari para orang-orang lapangan atau para eksekutor perusahaan yang berada di garis depan. Dengan demikian, Anda akan lebih mudah beradaptasi, terutama saat menerapkan gagasan-gagasan baru sekaligus menghindari konflik internal. Hal ini juga diterapkan Suwartini yang tidak ingin mengenali situasi di dari laporan tertulis saja. "Prioritas saya saat pindah kerja adalah memanggil karyawan yang akan bekerja sama dnegan saya. Saya akan berdiskusi tentang apa yang mereka harapkan dari saya sebagai pemimpin, apa yang terjadi dengan perusahaan sebelum, dan apa job desk mereka," ujar Suwartini.
Dalam menaklukkan 'medan' baru, Suwartini juga memegang prinsip menjado role model, dengan konsistensi dan disiplin. Menurutnya, ini adalah kunci awal untuk menerapkan konsep, aturan, atau trastegi sebagai pemimpin di liga baru. Salah satu contoh sederhana yang pernah ia lakukan adalah mengubah kebiasaan memberi salam di Commonwealth Bank. "Susah sekali awalnya mereka memberi salam sekadar "selamat pagi" kepada satu sama lain. Tapi, saya konsisten setiap saat -di mana pun saya bertemu mereka, saya memberi salam duluan. Sekarang, komunikasi antar divisi di Commonwealth menjaid lebih baik dari hal sesederhana ini," kata Suwartini, yang mengaku sebagai trouble shooter karena keras memegang prinsip untuk tidak menutupi hal yang 'sakit' di perbankan.
Hal sederhana yang Anda lakukan dengan disiplin dan konsisten bisa menjadi sarana dalam menerapkan banyak hal, asal Anda tetap membumi secara ide maupun pribadi. Alexander mengungkapkan, pemimpin baru harus sadar peran dan tanggung jawabnya, mengerti porsi pekerjaan, dna mengetahui kondisi di lapangan.
Membumi secara pribadi akan membuat Anda lebih mudah diterima dan beradaptasi. Tidak perlu sekonyong-konyong langsung mengganti visi perusahaan agar Anda terlihat menonjol. “Tidak perlu langsung menggurui, tapi saya lanjutkan dulu visi perusahaan tersebut dan pelan-pelan membenahi yang salah. Saya juga mengatakan kepada para staf bahwa pintu saya terbuka kapan pun untuk berdiskusi. Your problem is my problem,” ucap Suwartini.
Salah satu hal yang Suwartini pelajari ketika pindah ke bank asing di tahun 2015 ini adalah bagaimana menjadi mentor bagi para generasi milenial. “Saya rasa sudah kuno kalau kita sebagai leader hanya bisa menyalahkan dan menyuruh staf mengulang pekerjaan yang salah. Duduk bersama dan berdiskusi, membuat format yang mudah dicerna dan diaplikasikan, maka Anda akan lebih mudah diterima."
Foto: TPGNews