
Ajakan anak untuk main loncat-loncatan sering membuat para ibu, khususnya yang pernah melahirkan beberapa kali lewat persalinan normal atau vaginal birth, ketakutan. Eh, tepatnya malu.
Bukan apa-apa, menurut data, satu dari tiga wanita dewasa di dunia ini mengalami bladder incontinence atau kondisi sulit menahan berkemih akibat melemahnya otot-otot di penampang pelvis (pelvic floor) setelah melahirkan. Akibatnya, jangankan meloncat-loncat, berteriak keras saja sudah cukup untuk membuat Anda… ngompol tanpa terasa!
Gillian Harvey menuliskan pengalamannya di Guardian.com (2 November 2016). Wanita asal Inggris yang telah melahirkan empat anak secara normal ini, dua di antaranya kembar, mengaku tidak pernah mengalami inkontinensia, karena sejak melahirkan anak pertama hingga anak keempat ia tinggal di Prancis.
Menurut Gillian, wanita di Inggris selalu menganggap bahwa kondisi inkontinensia adalah wajar dan tak terelakkan, terutama bila mereka sudah pernah beberapa kali melahirkan secara normal. Hal itu pula yang dikatakan oleh para dokter di Inggris.
Tetapi di Prancis berbeda. Dokter-dokter di Prancis secara rutin menyarankan, dan selalu mengingatkan, agar wanita yang baru melahirkan melakukan fisioterapi untuk mencegah terjadinya kondisi kantong kemih sensitif (sensitive bladder) yang menyebabkan inkontinensia.
Delapan minggu setelah melahirkan, dokternya menyarankan agar Gillian segera menjalani 20 sesi fisioterapi untuk ‘mengedukasi ulang’ (re-educate) otot-otot penampang pelvis-nya.
Prosedur pertama disebut sebagai vaginal probe atau pemeriksaan vagina dengan memasukkan seutas benang, yang dihubungkan dengan sebatang metal, ke dalam vagina. Benang yang berada di dalam vagina lalu diputar-putar, dan selama itu Gillian diharuskan untuk melakukan latihan Kegel, yaitu menguncupkan dan mengembangkan vagina terus-menerus untuk mengencangkan otot-otot penampang pelvis.
Untungnya, menurut Gillian, terapi itu bisa ia lakukan sendiri di balik handuk besar yang menutupi bagian pinggulnya, sang dokter hanya sesekali datang untuk mengecek, sehingga ia tidak merasa terlalu malu. Setelah menjalani beberapa sesi, Gillian merasakan otot-otot penampang pelvisnya lebih kencang. Saat melakukan joging, misalnya, ia tidak lagi dihantui kekhawatiran akan ngompol di luar kendali.
Terapi bagian kedua adalah stimulasi. Bila sebelumnya benang hanya diputar-putar di dalam vagina, kini benang itu diberi aliran listrik voltase rendah, sementara Gillian diminta untuk terus-menerus melakukan latihan Kegel.
“Jangan heran bila para ibu di Prancis terbebas dari gangguan inkontinensia. Sementara wanita Inggris terlalu malu untuk melakukannya, dan memilih untuk memakai popok dewasa untuk menampung ompol. Dokter-dokter di Inggris juga jarang yang menyarankan terapi ini. Sayang sekali, kan?” kata Gillian. Anda ingin mencoba?