.jpg)
Krisis paruh baya
Entah siapa yang mula-mula memperkenalkan istilah ini. Tapi di awal 1930-an, Walter B. Pitkin menjadikan Midlife Crisis sebagai judul buku. Kita sering mendengar bahwa krisis paruh baya terjadi di usia 40-an.
Menurut Vera, sesungguhnya krisis tidak hanya terjadi di usia 40-an, melainkan di setiap tahapan usia. “Masa remaja juga ada krisisnya, begitu pula ketika memasuki usia 20 dan 30 tahun,” kata Vera. Celakanya, sebagian besar ‘korban’ krisis adalah wanita! Mengapa krisis paruh baya terjadi pada usia 40-an? Tentu ada alasannya. Rambut yang semula tebal perlahan menipis dan beruban. Kulit yang dulu kenyal perlahan dihiasi kerutan dan vlek hitam. Tumpukan lemak pun muncul di beberapa bagian tubuh akibat metabolisme melambat. Semua perubahan itu, tanpa disadari, ikut menggerus rasa percaya diri wanita.
“Di usia inilah biasanya orang mulai melakukan introspeksi ulang terhadap dirinya, mulai dari kehidupan pribadi hingga penampilan fisik,” Vera menjelaskan. “Ini pula yang membuat wanita semakin kritis memonitor penampilannya, sehingga menjadi lebih care dalam merawat diri.”
Vera juga menjelaskan perbedaan makna midlife crisis antara pria dan wanita. “Bagi pria, rambut yang beruban bisa tetap terlihat seksi. Lihat saja George Clooney, Richard Gere, atau Iwan Fals, yang makin tua justru terlihat makin ganteng dan nggemesin. Kenapa begitu, ya? Sebab, yang dinilai dari pria bukanlah penampilan fisik, melainkan tingkat pencapaian atau keberhasilannya. Itulah sebabnya pria matang yang mapan dan sukses jadi terlihat cakep dan seksi,” kata Vera, tertawa.
Sebaliknya, jarang sekali ada wanita yang secara alami semakin tua malah dianggap makin wow. Kecuali, bila ia benar-benar memperhatikan dan merawat penampilannya secara maksimal.
[Baca juga resep cantik berkilau alami di sini]
Foto: 123RF