Kerahkan fantasi
Fantasi atau imajinasi adalah milik setiap orang dan bersifat sangat pribadi. Karena itu, Anda tak perlu khawatir orang lain akan tahu apa yang ada di kepala Anda. Juga tak perlu merasa berdosa bila mengkhayalkan hal yang paling erotis sekalipun. Karena, siapa, sih, yang tahu pasti fantasi apa saja yang melayang-layang di kepala seseorang?
Bila suatu saat pasangan Anda sedang tidak terlihat seksi sehingga gairah Anda sulit terpancing, Anda toh, bisa membayangkan pria lain yang diam-diam Anda kagumi atau dambakan secara seksual. Bisa bintang film (jangan tanggung-tanggung, Anda boleh, kok, berfantasi bercinta dengan Brad Pitt atau Johnny Depp!), penyanyi idola, atasan di kantor yang seksi, bahkan pria tetangga rumah! Saya pun punya ‘stuntman’ khayalan—bahkan beberapa—untuk menggantikan peran suami saya di tempat tidur. Tapi tentu hanya saya sendiri yang tahu siapa saja pemeran pengganti itu!
Anda juga bisa berimajinasi tentang tempat bercinta yang heboh, misalnya di pantai dengan air laut yang sesekali menyiram tubuh Anda, atau di dalam lift. Membayangkan adegan-adegan semi-masokis dalam novel “Fifty Shades of Grey” juga sah-sah saja. “It’s okay if sometimes you give in to your dark side,” saran Lammersen lagi.
Sejauh mana imajinasi boleh dikerahkan? Sky is the limit. Jangan pula merasa berdosa dengan menganggapnya sebagai bentuk perselingkuhan terhadap suami. Coba pikir lagi, apakah suami Anda benar-benar cuma memikirkan Anda setiap kali bercinta? Siapa tahu dia juga sedang memikirkan wanita lain! Lagi pula, siapa juga yang bisa mengendalikan imajinasi seseorang? Dan apa perlu imajinasi dikendalikan? Sejauh kita masih bisa membedakan antara fantasi dan realitas, santai dan nikmati sajalah.