Let’s be realistic. Memasuki usia kepala empat, pilihan eligible bachelor yang ada pun semakin terbatas. Ini mungkin akan terdengar kejam, tapi kita tertawa bersama membacanya. Ibarat barang dagangan di toko, wanita single yang memasuki usia 40 tahun sudah didiskon hingga further reduction akibat tidak ada juga yang datang melamar.
Tak perlu tenggelam dalam kesedihan. Walau tidak termakan omongan orang-orang di luar sana, kita juga perlu introspeksi dan menganalisis diri sendiri.
1. Buka hati
Psikolog Roslina Verauli menyatakan, ketika orang menikah ia mempercayakan dirinya pada orang lain dan sebaliknya. Sebelumnya, Anda harus menerima diri Anda apa adanya.
Tanyakan ini: Cukup nyamankah Anda dengan diri sendiri? “Kalau sudah cinta sama diri sendiri, kita bisa melihat bahwa orang lain itu loveable dengan mudahnya dan juga sebaliknya,” ujar Roslina. Dari zaman dulu hingga kini, pernikahan tetap institusi yang sama. Bila ada orang yang menolak pernikahan dengan alasan sinis, Roslina menyarankan agar langsung konsultasi ke ahlinya untuk dianalisis.
2. Tetap mementingkan karier
Di usia 20 hingga 30-an, orientasi hidup manusia ada dua: Menemukan teman lawan jenis untuk membina hubungan yang relatif intim, dan punya pencapaian karier. “Kalau punya salah satu saja maka manusia akan sehat secara emosional,” kata Roslina.
Anda tentu tidak mau jadi depresi atau gila, kan? Karena itu, jika belum juga bertemu jodoh, pastikan Anda punya pekerjaan yang perlu Anda pikirkan. Harusnya, sih, rasa kesepian yang perlahan datang bisa langsung lenyap bila teringat tenggat waktu yang “tinggal 24 jam lagi.”
3. Optimistis tapi tidak naif
Masih, dong! Ini jawaban tiga wanita single di usia 40-an ketika saya tanya apakah mereka masih mau menikah. Lalu, apa yang harus dilakukan? Duduk saja tanpa melakukan apa-apa tidak akan menghasilkan apa-apa juga. Anda enggan mendaftar online dating tapi bermimpi bisa sering berkencan. Mimpi saja terus.
Ambil langkah inovatif jika ingin hasil yang menakjubkan (walau tidak dijamin 100% juga, sih). Waspada itu perlu tapi tak perlu terlalu takut bertemu ‘orang gila’ di dunia maya karena orang-orang seperti itu ada di mana-mana, maya atau nyata.
4. Ciptakan keluarga Anda sendiri
Saya bersyukur masih punya orangtua, kakak, adik, dan keponakan yang sudah beranjak remaja. Kehadiran mereka sukses membuat hidup saya tidak pernah sepi. Walau menjomblo sendiri di antara teman-teman, saya sudah menganggap mereka seperti saudara sehingga anak-anak mereka bisa saya anggap sebagai keponakan-keponakan saya.
Lihat positifnya; saya bisa bermain dan bersenang-senang dengan banyak anak. Namun jika suara tangis mereka sudah terdengar, itu waktunya kembali ke para orang tua sungguhan.
Baca juga Senangnya Hidup Melajang di sini.