.jpg)
Setiap tindakan manusia—baik yang dilakukan orang dewasa maupun masih kanak-kanak, pasti didasari oleh alasan tertentu. Begitu pula dengan bullying.
Memahami apa yang menjadi latar belakang perilaku bullying akan memberikan pertimbangan ekstra bagi Anda mengenai tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah pengalaman tidak mengenakkan itu menimpa anak Anda, atau bahkan Anda sendiri.
Alasan apa saja yang seringkali melatarbelakangi tindakan bullying?
1. Cari perhatian
Bagi anak-anak yang haus perhatian, tidak ada hal yang lebih mengerikan daripada diabaikan oleh orang-orang di sekelilingnya, terutama oleh keluarga dan lingkungan terdekat. Mengolok-olok atau mengganggu anak lain akan membuat perhatian 'seluruh dunia' tertuju pada diri si pelaku bullying, meskipun sering kali dalam bentuk perhatian negatif. Bagi mereka, ini bukan masalah, karena mendapat perhatian negatif selalu terasa lebih baik daripada tidak diperhatikan orang sama sekali.
2. Main-main
Menggoda anak lain terkadang juga dilakukan sekadar untuk bermain-main tanpa keinginan untuk menyakiti, meski dari luar tindakan tersebut terlihat kejam. Anak-anak SD sering kali saling memanggil temannya dengan nama julukan seperti “Si Gendut” atau “Si Kribo” untuk 'lucu-lucuan'. Apalagi anak SMA, yang kadang julukan untuk teman bikin telinga memerah.
Hati-hati, meski awalnya tidak bermaksud jahat, saling menggoda dan memanggil dengan namajulukan ini bisa berpotensi kebablasan menjadi perselisihan jangka panjang. Dan tak semua anak setuju dipanggil seperti itu.
3. Ikut-ikutan
Di setiap lingkungan pasti ada satu atau sekelompok anak yang dianggap keren oleh teman-teman sebayanya. Jika si anak keren tadi terlihat sedang mengganggu orang lain, maka anak-anak lainnya bisa merasa harus ikut melakukannya pula supaya bisa dianggap sama keren.
Efek ikut-ikutan ini juga berlaku bila pelaku bullying adalah salah seorang teman atau saudara yang usianya lebih tua. Ikut-ikutan sang kakak mem-bully anak lain akan dianggap sebagai tindakan yang bisa mengangkat derajatnya hingga setara dengan si 'anak besar'.
4. Belum paham makna perbedaan
Anak-anak tidak dapat dengan sendirinya memahami alasan anak tetangga di sebelah rumah Anda mengenakan kacamata setebal pantat botol atau mengapa teman sekelasnya di kelas dua berjalan dengan sebelah kaki yang pincang.
Jika tidak bisa memahami apa yang dilihatnya, mereka tidak mampu menunjukkan empati pada anak lain yang penampilannya berbeda tersebut. Dengan demikian, sesuatu yang berbeda tadi dianggapnya sebagai bahan hiburan. Itulah sebabnya mereka senang mengolok-olok temannya dengan berbagai julukan.
5. Ekspresi perasaan frustrasi
“Efek bullying bisa bermacam-macam. Bullying bisa membuat seorang anak menjadi kurang percaya diri namun bisa pula mengubah seorang anak menjadi pelaku bullying di tempat lain,” kata psikolog, Nessi Purnomo.
Itu sebabnya, anak-anak yang memiliki kecenderungan menghina orang lain biasanya justru sering mendapatkan pengalaman direndahkan oleh orang-orang di sekelilingnya. Sesekali, mereka ingin merasakan dirinya berkuasa dengan cara balik merendahkan orang lain.
Tak heran bila banyak pelaku bullying adalah anak-anak yang diserang stres dan menjadi korban kekerasan baik secara fisik maupun emosional di dalam lingkungan keluarga atau pergaulannya.
Mereka yang hobi mengejek secara tidak sadar sebenarnya sedang mengekspresikan perasaan frustrasi, amarah, serta ketidakbahagiaan yang dirasakan oleh dirinya sendiri. Mudah-mudahan anak-anak kita tidak mengalaminya.
[Kenali juga tanda anak Anda terkena bully di sini]
Klik artikel asli di sini
Sumber: Parenting.co.id