Sang pelaku dan korban merasa itu adalah bercanda, namun sebenarnya itu sudah melewati bentuk bercanda.Masalahnya, di mana, sih, batas antara bercanda dan bullying?
Jawabannya: Sayangnya, tidak ada batas baku antara bercanda dan bullying. Alasannya simpel: Tiap individu dan budaya punya standar berbeda. Bercanda yang tidak menyenangkan pun belum tentu bullying; bisa saja gaya bercandanya yang nggak nyambung.
Namun dari survei yang dilakukan PESONA terhadap 100 orang dari berbagai profesi pada bulan Agustus 2016, bullying itu berbeda dari bercanda karena bullying:
1. Memberi rasa tidak nyaman kepada orang yang jadi objek bercanda. Berbeda dari tersinggung, ketidaknyamanan ini terasa menganggu.
2. Merendahkan dan menghina. Jadi, bercanda dengan dua hal tersebut sama sekali tak bisa ditoleransi.
3. Memojokkan objek bercanda sebagai tujuan atau topik utamanya. Apalagi jika sudah main fisik.
4. Memuaskan satu pihak saja. Namanya bercanda, harusnya kita sama-sama tertawa senang. Tapi jika hanya memuaskan satu pihak, sementara pihak lain jadi bulan-bulanan, itu bisa dikategorikan sebagai bullying.
5. Dilakukan berulang kali. Menurut Adiyat Yori, aktivis anti-bullying dari Sudahdong.com, perbedaan antara bercanda dan bullying itu adalah bulllying dilakukan berulang kali kepada objek yang sama.
Jadi, jangan heran kalau Anda ternyata telah melakukan bullying tersembunyi pada rekan kerja atau teman di lingkungan pergaulan Anda. Nggak malu, umur segini jadi pem-bully....
[Baca juga tentang pengalaman seorang ibu yang anaknya dibully]