
Hitung, berapa kali Anda menolak acara gathering selama setahun ini. Mungkin lima hal beracun ini penyebabnya.
Karena berbagai penyebab, ada masanya perasaan malas berjumpa orang baru itu muncul. ‘Alibi’-nnya bisa macam-macam, seperti kelelahan atau masalah mood yang tak mendukung. Padahal, Anda perlu berjumpa dengan orang-orang baru untuk menjalin dan menjaga networking! Coba kenali dan kendalikan beberapa perasaan ini agar pergaulan Anda tetap tersegarkan!
Merasa terperangkap. Bayangkan Anda duduk semeja dengan lima atau enam orang yang belum Anda kenal. Ketika salah satu orang berbicara, Anda merasa terjebak. Padahal, Anda harus berada dalam situasi ini karena acara ini penting untuk menjalin relasi dengan klien. Dengan merasa ‘terperangkap’ Anda melewatkan obrolan penting.
Rasa terperangkap bisa bersumber pada rasa tidak percaya diri. Cek kembali rasa percaya diri Anda. Rasa percaya diri bisa berarti perasaan mampu atau nyaman dalam situasi tertentu. Mendefinisikan rasa tidak percaya diri saat bertemu orang baru, akan membantu kita menemukan kontrol diri.
Merasa harus tampak cerdas. Mungkin Anda sibuk berpikir ‘mau ngomong apa supaya tampak pintar.’ Semakin kita sibuk mencari-cari kutipan kata-kata pintar dari seorang ahli, akan membuat kita putus asa. Lantas, kita pura-pura sibuk, memandangi smartphone membuka-buka surel. Padahal awal pertemuan dengan seseorang tidak harus seperti itu.
Tampil apa adanya, Anda bisa menanggapi obrolan orang di sebelah Anda dengan santai. Masukkan smartphone Anda ke dalam tas, kemudian dengarkan dengan lebih mendalam obrolan orang-orang semeja dengan Anda. Tanggapi sesuai pengalaman dan pengetahuan Anda, bisa memberi inspirasi bagi orang lain.
Berburuk sangka pada orang lain. Ketika seseorang membuka pembicaraan dan berbicara dengan mempesona, Anda mulai curiga. ‘Ih, awas dia psikopat’misalnya. Mungkin Anda benar, banyak film yang Anda tonton menampilkan tokoh yang awalnya memikat, namun setelahnya membuat Anda ngeri.
Ketika seseorang tampil memesona dan memiliki karisma karena sudah ‘dari sananya’, maka hasilnya adalah komunikasi yang baik dan memiliki kepemimpinan. Tapi sebaliknya, ketika kita dikuasi rasa cemas bertemu orang baru, hasilnya adalah rasa takut dan pikiran buntu. Padahal kita sudah berdandan cantik.
Merasa bingung dengan kecemasan sendiri. Rasa cemas memang bisa membuat kita bingung. Detak jantung lebih cepat, napas tidak selaras dengan detak jantung. Cara mudah mengatasinya adalah dengan menyadari bahwa kaki kita menapak; kita sering lupa pada tubuh kita dan tidak bisa benar-benar menikmati diri kita. Lalu pikirkan, ‘Apa yang dapat saya lakukan sekarang supaya bisa agak santai.’ Ulangi kalimat ini: "Saya baik-baik saja," dan tarik napas dalam-dalam.
Berpikir bahwa ‘lingkungan ini bukan gue banget’. Bila Anda selalu berpikir demikian, artinya Anda tidak cukup kompeten berada di sebuah situasi sosial. Orang yang merasa percaya diri di lingkungan orang-orang yang baru dikenal akan berpikir ‘saya sudah di sini, siapa pun orang-orang itu, mari kita bergabung.’ Bagi orang yang percaya diri, situasi atau lingkungan baru adalah ajang untuk mengembangkan keterampilan menjalin networking.