Di seberang ruang kerja Mulie, ada sederet komik tertata rapi pada sebuah rak kayu beraksen besi, masih senada dengan ‘toko’ milik Mulie. “Saya ingin memiliki library, jadilah seperti ini,” jelas Dita. Luas ruangan yang terbatas tidak menghalangi Dita untuk mengoleksi.
Tak hanya komik, beberapa penghargaan dan pajangan lain juga terpampang di sana, termasuk buku anak dan mainan milik Jiakayo Addlecoat, anak pertama mereka. “Arena bermain,” begitulah mereka menyebutnya.
Di apartemen itu, semua anggota keluarga memiliki tempat untuk menyalurkan kegemaran. Dita juga sengaja tidak memenuhi ruang-ruang itu dengan banyak perabot, agar kedua anaknya dapat bebas bergerak di area yang tidak begitu luas. Konsep arena bermain itu juga diturunkan ke kamar anak mereka. “Keamanan tidak perlu dipikirkan lagi, mobilitas juga tetap terjaga,” ungkap Dita ketika ditanya alasan memilih tinggal di apartemen.
Maklum, keduanya memang punya jadwal padat. Dita sendiri merupakan desainer Monday to Sunday, satu label pakaian ready-to-wear. Walaupun tinggal di apartemen, Dita dan Mulie ingin tetap menjaga kesan natural pada tempat tinggal mereka. Hal tersebut ditunjukkan melalui aksen tembok bata yang menyatu dengan perpustakaan, juga pemilihan parkit kayu serta tembok yang berwarna abu seperti semen.
Gaya industrial juga terlihat jelas dari penggunaan tiang-tiang besi berwarna hitam. Ada pula lampu dan pajangan yang berpadu apik dengan desain minimalis ala Skandinavia. Jadi, walaupun minimalis, interior rumah tetap memiliki karakter yang kuat.
Salah satu tantangan tinggal di apartemen, tentu saja, adalah menyiasati keterbatasan tempat. Dita dan Mullie terlihat cerdik dalam memanfaatkan ruang. Mereka memakai meja makan yang dapat dilipat, lemari-lemari yang dibuat tenggelam ke dalam dinding, juga pintu geser untuk membagi ruangan.
Satu kejutan menarik di apartemen mereka adalah adanya bar kecil, yang juga menjadi pembatas ruang keluarga dengan dapur. Ketika ditanya soal keinginan lain terkait rumah, Dita menjelaskan, “Kalau suatu saat aku memiliki rumah, aku mau dapur yang lebih besar agar bisa bereksperimen dengan masakan.”
Foto: Tody Harianto
Pengarah visual: Dian Prima