Benarkah lemak tidak baik bagi tubuh?
“Di Indonesia, lemak merupakan makronutrisi yang paling ditakuti akibat beredarnya informasi kurang tepat dalam waktu yang lama,” jelas Jansen Ongko, seorang ahli nutrisi.
Menurut dia, masih banyak yang keliru dengan menganggap lemak makanan sama dengan lemak tubuh sehingga banyak juga yang berusaha menghindarinya. Jansen menegaskan bahwa lemak tubuh dan lemak makanan adalah dua hal yang berbeda.
Lemak tubuh adalah lemak (trigliserida) akibat akumulasi kelebihan kalori yang dikonsumsi dalam kurun waktu tertentu. Kelebihan kalori baik dari protein, karbohidrat, maupun lemak akan berujung pada akumulasi lemak tubuh. Jadi, menyalahkan asupan makanan yang mengandung lemak saja adalah keliru.
Padahal menurut Jansen, lemak memiliki peran yang sangat penting untuk tubuh. Ada banyak hal dalam metabolisme tubuh di mana lemak menjadi bintangnya; mulai dari produksi hormon, pengontrol nafsu makan, membantu penyerapan vitamin dan mineral tertentu, menjaga kesehatan organ, sampai dengan menjaga kesehatan persendian.
Ini artinya, kita harus tetap menjaga asupan lemak yang seimbang, demi lancarnya metabolisme tubuh. Mengonsumsi lemak makanan terlalu sedikit berpotensi mengganggu fungsi tubuh, menghambat penyerapan mikronutrisi, dan kesulitan dalam pengaturan nafsu makan serta berpotensi menurunkan performa seksual karena menekan sekresi kadar hormon testosteron tubuh.
Sebaliknya, mengonsumsi lemak terlalu banyak dapat dengan mudah menyebabkan kelebihan dari kebutuhan kalori harian oleh karena besarnya kandungan kalori pada setiap gram lemak.
Satu kenyataan yang cukup mengejutkan: Lemak memiliki peran dalam mengatur rasa lapar sehingga membantu proses penurunan berat badan.
Dalam mekanisme fisiologis, lemak berhubungan erat dengan produksi hormon leptin, yaitu hormon yang bertugas mengirimkan sinyal ke otak untuk meredam nafsu makan. Hormon leptin diproduksi di dalam sel lemak; semakin besar sel lemak maka semakin banyak juga kadar hormon leptin di tubuh manusia.
Sayangnya pada orang yang obesitas sinyal rasa kenyang ke otak seringkali terganggu akibat terjadinya resistensi leptin sehingga rasa kenyang mereka lebih sulit diredam.