Cahaya sore itu begitu cantik menembus melewati kaca jendela yang cukup besar di ruangan itu. Si pemilik ruangan menyapa dengan senyum lebarnya, tak lupa dengan berjabatan. Shinta Kamdani, CEO dari Sintesa Group, menyambut saya dengan hangat.
Sejak 1989, Shinta Kamdani sudah melibatkan diri dalam perusahaan yang dilahirkan oleh kakeknya ini.
Bukan karena anggota keluarga sehingga ia mendapatkan perlakuan khusus. Shinta memulai kariernya seperti karyawan pada umumnya, dari posisi terbawah. Kemudian secara perlahan ia pun mendapatkan promosi, hingga mencapai titik tertinggi sekarang.
Shinta mengakui, ketika memulai karier di perusahaan sang ayah, ia tak banyak merasakan kesulitan. Titik yang lebih berat adalah ketika sudah promosi berkali-kali kemudian berhadapan langsung dengan sang ayah.
“Saya semakin tertantang untuk menunjukkan performa terbaik saya di depannya,” kenang Shinta.
Bukan berarti perjalanan kariernya mulus begitu saja. Ia juga merasakan banyak kegagalan yang membuat pribadinya semakin kuat dan lebih berharga. Selain sebagai pengingat, kegagalan membuatnya mampu mencapai kesuksesan tanpa bantuan siapa pun, termasuk dari sang ayah.
Sebagai CEO, Shinta tak hanya menghabiskan waktu untuk perusahaan-perusahaan di bawah Sintesa Group. Shinta juga memiliki kesibukan di beberapa organisasi yang menarik minat dan kemampuannya.
Ia menjabat wakil ketua umum di Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan Asosiasi Pengusaha Indonesia. Ia juga aktif dalam organisasi sosial, yakni Angel Investment Network Indonesia.
Selain itu, ia menjabat sebagai presiden di Indonesia Business Council of Sustainable Development dan anggota badan pengurus organisasi nirlaba independen, WWF Indonesia. Perannya sebagai ibu dari keempat buah hati bersama Irwan Kamdani juga mewarnai kesibukannya.
“Natal dan Tahun Baru sudah merupakan komitmen waktu yang wajib dihabiskan bersama keluarga,” ceritanya mengenai bagaimana cara menghabiskan waktu dengan keluarga.
Kebiasaan setiap akhir tahun tersebut tak pernah putus Shinta lakukan bahkan sebelum ia berkeluarga dengan Irwan. Tak hanya berdua Irwan, keluarga satu sama lain pun sejak awal dilibatkan dalam menghabiskan waktu untuk berlibur. Kebiasaan ini pun juga tertanam pada anak-anaknya.
Kebiasaan dalam meluangkan waktu untuk keluarga tanpa sadar juga melatih keempat anaknya agar ada untuk satu sama lainnya. Seperti cerita ketika anak ketiganya sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke sekolah.
Shinta dan Irwan tak perlu lagi memusingkan segala bentuk persiapannya; segala kebutuhan sudah ditangani oleh anak keduanya. “Saya sudah menikmati hidup saya,” cerita Shinta santai.
Seperti apa kegiatan Shinta Kamdani di bidang sosial?