Memang sesekali mereka diganggu oleh kenyinyiran ibu Nania yang suka menyindir-nyindir Rafli yang dianggap tak bisa memberi kehidupan yang layak bagi putri dan kedua cucunya. Namun sindiran-sindiran seperti itu masih bisa tertahankan oleh keduanya.
Cobaan berat baru terjadi ketika Nania mengalami kecelakaan lalu lintas yang membuat ia amnesia. Ia bukan hanya tidak mengenali suami dan kedua anaknya, tapi juga tidak lagi mengenali siapa dirinya sendiri.
Ketika Nania dirawat dan harus menjalani terapi intensif di rumah sakit—di bawah pengawasan Tyo—Rafli bersikeras mengurus sendiri kedua anaknya tanpa bantuan siapa pun, sembari tetap bekerja di proyek dan menengok istrinya di rumah sakit. Padahal ia tak tahu sampai kapan istrinya akan seperti itu.
Laki-laki biasa seperti Rafli memang ada di mana-mana di sekitar kita. Mungkin mereka adalah ayah kita, kakak kita, teman kantor kita, bahkan suami kita. Tapi benarkah cinta laki-laki biasa lebih tangguh dan lebih bisa diandalkan ketimbang cinta laki-laki yang sukses dan kaya raya? Jawabannya mungkin perlu diperdebatkan lagi.
Sutradara Guntur Soeharjanto kembali mengadaptasi novel karya Asma Nadia, setelah "Jilbab Traveler - Love Sparks in Korea." Ia sukses membuat hati penonton wanita serasa dielus-elus melihat penampilan Deva Mahenra yang ganteng, mantap, setia, dan punya cinta setinggi gunung. Aktingnya juga lumayan, terutama saat menampilkan perubahan emosi antara sedih, frustrasi, dan optimistis.
Sedangkan Velove Vexia tampaknya perlu mengasah sedikit lagi kemampuan aktingnya, karena sesungguhnya peran yang ia mainkan sangat menantang.
Hiburan lain datang dari Ira Wibowo yang berperan jadi ibu yang heboh, lebay, dan selalu salah menyebut nama Tyo menjadi Toy. Meskipun perannya semi-antagonis, toh, kita senang melihatnya.
Foto: Starvision