
Film "Marlina: The Murderer in Four Acts" atau "Marlina: Si Pembunuh dalam 4 Babak" yang disutradarai Mouly Surya menggambarkan kekuatan wanita dengan cara tak biasa.
Saya sudah siap-siap menutup mata ketika babak pertama, Robbery, dimulai. Saya bayangkan Marlina (Marsha Timothy) yang rumahnya teronggok sendiri di tengah savana kering kerontang akan disatroni perampok.
Ternyata yang datang seorang pria bernama Markus (Egi Fedly), yang dengan pede mengatakan akan merampok semua ternak Marlina bersama enam temannya yang bakal menyusul. Ia juga bilang bahwa ia dan teman-temannya akan meniduri Marlina.
Tanpa banyak kata, penonton ikut merasakan tegangnya Marlina kedatangan tujuh pria, yang minta dimasaki sup ayam, sementara Markus tiduran dulu di kamar. Mereka berlagak seperti tamu, sambil mengumbar cerita soal korban mereka.
Dua perampok disuruh pergi membawa ternak, empat orang keenakan dijamu Marlina, namun akhirnya mati karena makanan mereka diracun. Saat Marlina ingin menghidangkan sup ayam itu kepada Markus, Markus malah memperkosa Marlina. Namun Marlina bisa menggaet golok, dan matilah Markus dengan kepala terpenggal.
Babak kedua, The Journey, menurut saya adalah babak paling kuat dari film ini. Di sini Marlina, menenteng-tenteng kepala (yap, kepala!) Markus sambil menunggu truk angkutan karena ia ingin melapor ke kantor polisi. Di perjalanan ia bertemu Novi (Dea Panendra). temannya yang sedang hamil tua dan cerewet, lalu ibu-anak yang membawa dua ekor kuda ke pernikahan.
Ketegangan sempat terjadi ketika dua anak buah Markus, salah satunya Franz (Yoga Pratama), mengejar Marlina setelah kembali ke rumah Marlina. Dan Marlina kecewa karena laporannya ke polisi soal perampokan dan pemerkosaan tidak mendapat tanggapan cepat, karena, "Tidak ada biaya untuk beli alatnya."
Ide cerita film ini berasal dari Garin Nugroho, namun Mouly bersama Rama Adi yang menjadikannya skenario. Alam Sumba yang indah dengan matahari yang begitu terik mengilhami Mouly untuk meramu film ini bergaya western atau koboi.
Lihat saja ketika Marlina berayun-ayun naik kuda menuju kantor polisi, atau ending cerita yang kembali ke awal cerita. Mungkin ini versi feminin dan modern (atau "koboi sate") dari film-film koboi spageti ala sutradara Italia Sergio Leone.
Salut untuk penata musik Zeke Khaseli dan Ydhi Arfani yang membuat lagu rakyat terdengar melankolis seperti petikan gitar atau siulan di film koboi pada umumnya.
Inilah film tentang wanita wajib tonton, dengan akting cemerlang Marsha Timothy (walau, apa boleh buat, ia begitu cantik meski dibuat kumal dan menderita) dari sutradara wanita Mouly Surya, yang lebih dulu melanglang festival internasional sebelum ditonton pencinta film Indonesia. Wanita Indonesia yang kuat dalam definisi mereka sendiri.
Foto: Cinesurya & Kaninga Pictures