
Ruang tamu terletak satu lantai dengan dapur bersih, ruang keluarga, serta ruang makan. Ruangan-ruangan tersebut dibuat tanpa sekat, agar seluruh anggota keluarga dapat tetap berkumpul walau sibuk mengerjakan urusannya masing-masing di malam hari. Menariknya, ruang keluarga ditata sedemikian rupa sehingga sofa tidak berhadapan dengan televisi.
Posisi tersebut ada tujuannya—anggota keluarga lebih banyak bercengkerama daripada menonton televisi. Ketika semua telah menyelesaikan urusan masingmasing, selanjutnya adalah waktu untuk beristirahat.
Kamar tidur terletak di lantai atas saling berdekatan, agar kegiatan anak mudah dikontrol. Setiap kamar dibuat hanya untuk beristirahat, tidak ada televisi. Hanya ada tempat tidur, lemari, dan kamar mandi. Bagi pemilik, kamar harus berfungsi sebagai tempat istirahat, bukan untuk melakukan aktivitas lain.
Warna biru gelap menjadi pilihan untuk kamar anak laki-laki. Tempat tidur tingkat dengan meja belajar di bawahnya membuat ruangan dipergunakan lebih maksimal. Walaupun kamar itu gelap, saat memasuki kamar tersebut, perasaan saya menjadi tenang, dan rasanya ingin sekali untuk memejamkan mata.
Lain halnya dengan kamar anak perempuan. Suasana ala princess terasa ketika Anda melihat pemilihan tempat tidur layaknya putri raja. Warna putih yang minimalis menjadi menonjol di tengah ruangan berwarna ungu—semakin feminin dengan pilihan furniture merah muda.
Bagi pemilik, tidak penting bagaimana tampilan rumah dari luar. Yang penting setiap ruangan berfungsi, setiap anggota keluarga merasa rumahnya sebagai home sweet home. Hal-hal itulah yang ia perhatikan, agar semuanya merasa nyaman menghabiskan akhir pekan di rumah.
Foto: Shinta Meliza
Pengarah visual: Erin Metasari