
Wajar bila Anda khawatir pada si anak remaja yang mulai pacaran. Tapi, jangan buru-buru membahas seks pada mereka!
Kekhawatiran utama kita menghadapi remaja adalah soal seks. Kita kerap diganggu oleh pikiran kita sendiri yang ngeres, membayangkan anak kita akan diajak bereksperimen di atas ranjang oleh pacarnya. Kita berpikir bahwa anak kita aktif secara seksual begitu mereka berpacaran. Kekhawatiran ini beralasan karena film porno gratisan mudah diakses oleh anak-anak kita, yang mungkin saja membuat mereka terangsang untuk melakukannya.
Kita tak perlu terburu-buru bicara soal seks. Karena kalau kita terlalu fokus pada seks dan mengkhawatirkan anak kita akan melakukannya, kita malah kehilangan kesempatan berharga untuk membicarakan hal lain yang lebih penting dalam sebuah relasi. Misalnya tentang menghargai diri sendiri dan orang lain. Kalaupun kita yakin bahwa anak kita tidak akan melengkapi relasinya dengan seks, jangan lupa memberikan batasan. Misalnya bila pergi berduaan pulang tidak lewat pukul 10 malam, memberi kabar yang jelas ke mana pergi, dan aturan lain sesuai nilai yang Anda anut.
Selain memberi batasan, kita tetap harus menjaga mereka. Saat anak Anda sedang kasmaran jangan pernah meninggalkan mereka berduaan saja di rumah tanpa pengawasan orang dewasa lain. Sebuah survei menyebutkan, remaja melakukan hubungan seks justru di rumah saat tidak ada orang tua di rumah. Jangan pula uji nyali Anda dengan membiarkan mereka berduaan di dalam kamar tidur. Bila kita yakin kita mampu mengawasi, langkah berikutnya, mari kita memandang secara positif tahap baru ini.
Ketika anak kita mulai berpacaran, mereka sedang mengembangkan sikap empati, peduli, bekerja sama, mengelola emosi, dan belajar perilaku yang tepat dalam menjalin relasi dengan lawan jenisnya yang ‘dibungkus’ cinta. Tugas kita meluangkan waktu untuk mengobrol dengan anak tentang menjalin relasi yang sehat, yang tidak mengganggu prestasi belajar, dan yang tidak merusak masa depan.
Bagaimanapun, cara berpikir remaja berbeda dari anak yang sudah berusia 24 tahun. Remaja belasan tahun belum mampu mengantisipasi konsekuensi atas tindakannya. Itu menyebabkan mereka rentan mengambil risiko dan membuat keputusan buruk. Meski mereka tampak dewasa, mereka belum dewasa. Siapkan diri Anda setiap saat anak salah mengambil keputusan dan merasa tidak aman.
Jangan selalu berkata, “Kan… Mama bilang apa?” Kalimat ini menghakimi. Anak akan mundur dari hadapan Anda, dan malas berurusan dengan Anda lagi urusan seks dan relasi.