Sesuatu yang istimewa dari cerita hidup Ellen Yuriaan bukan sekadar kariernya yang cemerlang dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Di Sabtu pagi, di studio foto Pesona, Vice President Human Capital Sucaco Group ini memiliki cerita inspiratif sekaligus haru sebagai seorang ibu, passionnya sebagai penulis, dan hobinya bermain piano dan harmonika.
Kesempatan Berkarier Cemerlang
Selama 25 tahun berkarier, Ellen masih belum punya keinginan untuk berhenti berkarier dan nampaknya berbagai situasi justru tetap mendukung ia berkarier lebih panjang. “Saat saya memutuskan untuk berhenti dari Mandiri University tujuan saya hanya satu yaitu menjadi full time mom,” ujar wanita yang sempat menjadi Senior Vice President Mandiri University.
Namun, tak lama setelah ia berhenti, tiba-tiba saja ada tawaran untuk memimpin departemen human capital Sucaco Group dan membuat program yang terintegrasi bagi para karyawannya. Keputusannya sebagai full time mom adalah karena alasan keluarga sehingga saat kesempatan emas dari Sucaco Group datang sempat membuat Ellen bimbang. Butuh waktu, diskusi yang panjang, dan dukungan dari keluarga hingga Ellen berani untuk meminang tawaran Sucaco Group.
Ellen yang baru bergabung di Sucaco Group sejak awal Agustus 2015 lalu telah memiliki jejak rekam karier yang panjang. Wanita yang memiliki latar belakang pendidikan matematika dari Universitas Indonesia dan manajemen informatika dari Universitas Gunadarma ini mengawali kariernya sebagai marketing research di Matari Advertising. Selepas dari Matari, Ellen berkarya di Citibank untuk mengembangkan departemen human capital. Menariknya, selama di dunia perbankan, Ellen selalu mengalami “pembajakan” dari satu bank ke bank yang lain. Mulai dari Citibank, Danamon, HSBC, dan terakhir Bank Mandiri. “Awalnya, saya merasa dibuang di bagian ini. Tetapi, saya justru menemukan passion saya setelah menyelami dunia human capital,” ujar Ellen yang kini menapaki dunia yang baru bagi kariernya, yaitu industrial.
Kesempatan Menjadi Ibu Inspiratif
Karier Ellen dalam pengembangan SDM sebenarnya terkorelasi dengan perannya sebagai ibu. Ibu dari tiga anak, Anastasia Sorta Maria Simatupang (20 tahun), Caroline Anggiat Mauli Simatupang (19 tahun), dan Carlo Johan Nikanor Simatupang (16 tahun) belajar mengembangkan SDM dari putri tengahnya, Anggi. “Mendampingi Anggi yang terlahir sebagai tunanetra hingga sekarang membuat saya belajar bagaimana mengembangkan potensi seseorang,“ tutur wanita memiliki cita-cita menjadi konsultan human capital saat memasuki masa pensiun nanti.
Jalan hidup Ellen sebagai ibu dari Anggi mengajarkan ia banyak hal selain cara pendekatan dan melihat seseorang di tempat kerjanya. Ellen yang pernah hampir kehilangan nyawa saat melahirkan Anggi yang baru berusia 6 bulan ini merasa mendapat kesempatan kedua untuk hidup, apalagi saat itu Anggi juga hampir tidak bertahan saat lahir. Kegigihan Anggi kecil untuk hidup membuat Ellen belajar untuk tidak menyerah. Termasuk ketika mencari dokter mata hingga ke berbagai belahan dunia untuk Anggi. Istri dari Iriandra TMP Simatupang ini pernah keukeuh mencari pengobatan agar Anggi bisa melihat apa yang saudara-saudaranya lihat.
“Sayangnya, Anggi dinyatakan tidak akan bisa melihat. Saat lahir, saraf matanya belum tersusun sempurna. Di situ saya belajar menerima kenyataan,” kenang Ellen. Setelah itu, target Ellen dan suaminya adalah berusaha mempersiapkan Anggi agar bisa berdiri di kaki sendiri. Kini di usia yang ke 19 tahun, Anggi sedang mempersiakan mini album sebagai pianis dan tengah kuliah teologi. “Dulu saya yang mengajarkan Anggi belajar piano, sekarang dia yang lebih jago daripada saya,” tuturnya.
Wanita yang gemar bermain piano dan harmonika saat jenuh atau stres juga sedang bersiap meluncurkan buku pertamanya yang berjudul Never Give Up. Buku yang ditulis Ellen selama selama setahun ini menceritakan perjuangan dan pemikirannya sebagai ibu tiga anak dan bagaimana ia membesarkan Anggi.
Di tengah rasa syukurnya dalam pencapaian karier, Anggi yang sudah mandiri, dan keluarga yang selalu suportif, Ellen sempat terbersit sedikit penyesalan. Penyesalan yang hampir semua ibu bekerja pernah mengalaminya, yaitu waktu untuk keluarga. “Sewaktu saya keluar dari Mandiri dan memutuskan sebagai full time mom, Anggi yang paling senang. Mungkin karena waktu saya dulu kurang banyak untuk mereka. Kalau saya bisa mengulang waktu, saya ingin menghabiskan waktu lebih banyak untuk anak-anak saya,” ujar Ellen.
Foto: Budi Harianto
Rias wajah & rambut: Tania Ledezma

Selama 25 tahun berkarier, Ellen masih belum punya keinginan untuk berhenti berkarier dan nampaknya berbagai situasi justru tetap mendukung ia berkarier lebih panjang. “Saat saya memutuskan untuk berhenti dari Mandiri University tujuan saya hanya satu yaitu menjadi full time mom,” ujar wanita yang sempat menjadi Senior Vice President Mandiri University.
Namun, tak lama setelah ia berhenti, tiba-tiba saja ada tawaran untuk memimpin departemen human capital Sucaco Group dan membuat program yang terintegrasi bagi para karyawannya. Keputusannya sebagai full time mom adalah karena alasan keluarga sehingga saat kesempatan emas dari Sucaco Group datang sempat membuat Ellen bimbang. Butuh waktu, diskusi yang panjang, dan dukungan dari keluarga hingga Ellen berani untuk meminang tawaran Sucaco Group.
Ellen yang baru bergabung di Sucaco Group sejak awal Agustus 2015 lalu telah memiliki jejak rekam karier yang panjang. Wanita yang memiliki latar belakang pendidikan matematika dari Universitas Indonesia dan manajemen informatika dari Universitas Gunadarma ini mengawali kariernya sebagai marketing research di Matari Advertising. Selepas dari Matari, Ellen berkarya di Citibank untuk mengembangkan departemen human capital. Menariknya, selama di dunia perbankan, Ellen selalu mengalami “pembajakan” dari satu bank ke bank yang lain. Mulai dari Citibank, Danamon, HSBC, dan terakhir Bank Mandiri. “Awalnya, saya merasa dibuang di bagian ini. Tetapi, saya justru menemukan passion saya setelah menyelami dunia human capital,” ujar Ellen yang kini menapaki dunia yang baru bagi kariernya, yaitu industrial.
Kesempatan Menjadi Ibu Inspiratif
Karier Ellen dalam pengembangan SDM sebenarnya terkorelasi dengan perannya sebagai ibu. Ibu dari tiga anak, Anastasia Sorta Maria Simatupang (20 tahun), Caroline Anggiat Mauli Simatupang (19 tahun), dan Carlo Johan Nikanor Simatupang (16 tahun) belajar mengembangkan SDM dari putri tengahnya, Anggi. “Mendampingi Anggi yang terlahir sebagai tunanetra hingga sekarang membuat saya belajar bagaimana mengembangkan potensi seseorang,“ tutur wanita memiliki cita-cita menjadi konsultan human capital saat memasuki masa pensiun nanti.
Jalan hidup Ellen sebagai ibu dari Anggi mengajarkan ia banyak hal selain cara pendekatan dan melihat seseorang di tempat kerjanya. Ellen yang pernah hampir kehilangan nyawa saat melahirkan Anggi yang baru berusia 6 bulan ini merasa mendapat kesempatan kedua untuk hidup, apalagi saat itu Anggi juga hampir tidak bertahan saat lahir. Kegigihan Anggi kecil untuk hidup membuat Ellen belajar untuk tidak menyerah. Termasuk ketika mencari dokter mata hingga ke berbagai belahan dunia untuk Anggi. Istri dari Iriandra TMP Simatupang ini pernah keukeuh mencari pengobatan agar Anggi bisa melihat apa yang saudara-saudaranya lihat.
“Sayangnya, Anggi dinyatakan tidak akan bisa melihat. Saat lahir, saraf matanya belum tersusun sempurna. Di situ saya belajar menerima kenyataan,” kenang Ellen. Setelah itu, target Ellen dan suaminya adalah berusaha mempersiapkan Anggi agar bisa berdiri di kaki sendiri. Kini di usia yang ke 19 tahun, Anggi sedang mempersiakan mini album sebagai pianis dan tengah kuliah teologi. “Dulu saya yang mengajarkan Anggi belajar piano, sekarang dia yang lebih jago daripada saya,” tuturnya.
Wanita yang gemar bermain piano dan harmonika saat jenuh atau stres juga sedang bersiap meluncurkan buku pertamanya yang berjudul Never Give Up. Buku yang ditulis Ellen selama selama setahun ini menceritakan perjuangan dan pemikirannya sebagai ibu tiga anak dan bagaimana ia membesarkan Anggi.
Di tengah rasa syukurnya dalam pencapaian karier, Anggi yang sudah mandiri, dan keluarga yang selalu suportif, Ellen sempat terbersit sedikit penyesalan. Penyesalan yang hampir semua ibu bekerja pernah mengalaminya, yaitu waktu untuk keluarga. “Sewaktu saya keluar dari Mandiri dan memutuskan sebagai full time mom, Anggi yang paling senang. Mungkin karena waktu saya dulu kurang banyak untuk mereka. Kalau saya bisa mengulang waktu, saya ingin menghabiskan waktu lebih banyak untuk anak-anak saya,” ujar Ellen.
Foto: Budi Harianto
Rias wajah & rambut: Tania Ledezma