Benteng yang berdiri angkuh di perbukitan di Kota Jodhpur itu dibangun sekitar tahun 1459 oleh Rao Jodha—penguasa wilayah Marwar yang sekarang dikenal sebagai Jodhpur. Layaknya benteng zaman dulu, Mehrangarh Fort juga dibangun untuk menahan serangan musuh.
Berjalan menuju benteng, saya disapa oleh penduduk desa dengan ramah. Beberapa bahkan mengundang saya mampir ke rumah mereka. Ada beberapa toko barang antik yang sungguh menggoda. Spanduk-spanduk World Sufi Festival terlihat di sepanjang jalan masuk ke Mehrangarh Fort. Sayangnya, sebagian besar acara mensyaratkan donasi. Sebagai mahasiswi perantauan yang harus hidup hemat, syarat itu cukup memberatkan.
Apa boleh buat, saya pun hanya bisa menikmati pertunjukan-pertunjukan basi—pertunjukan yang sudah digelar pada malam sebelumnya, dan digelar ulang esoknya di ruang terbuka. Selain nyanyian sufi ala Nusrat Ali Fateh, ada pertunjukan seni bela diri yang menarik dari Kerala, disebut Karalipayattu. Seperti seni bela diri lainnya yang berasal dari Asia, Karalipayattu juga dipenuhi ‘bunga-bunga’ gerakan yang atraktif sebelum menyerang lawan.
Selanjutnya, dengan bantuan audio-guide, saya berkeliling menyusuri ruangan demi ruangan di benteng yang luasnya mencapai lima kilometer persegi itu. Ada banyak benteng di Rajashtan, tapi Mehrangarh Forth merupakan benteng terbesar dan terluas. Di dalamnya ada beberapa ruangan yang memiliki fungsi berbeda. Moti Mahal adalah ruangan tempat raja bertemu dan berdiskusi dengan para pembantunya. Ruangan itu memiliki lima balkon tersembunyi. Balkon itu merupakan bagian dari kamar tidur bagi masing-masing istri raja—konon dari situ mereka bisa mendengarkan pembicaraan raja dengan para pembantunya.
Phool Mahal merupakan ruangan tempat raja bersantai sambil menikmati tarian yang dibawakan perempuan-perempuan penari. Ruangan yang hanya boleh dimasuki oleh raja itu sangatlah indah. Langit-langitnya dilapisi emas. Ukiran berwarna-warni menutupi seluruh bagian ruangan. Ubin bermotif semakin menambah ilusi bahwa ruangan itu memang surga untuk para raja.
Mengitari setiap ruangan membuat saya seperti masuk ke lorong waktu, terlempar kembali ke zaman lalu. Semuanya dipenuhi ukiran yang cantik dan mendetail. Detail ukiran tampak lebih nyata di Jhanki Mahal atau ruangan mengintip. Ruangan ini juga dikenal sebagai harem atau tempat tinggal para istri dan selir raja. Ibarat burung dalam sangkar emas, para perempuan terpilih tersebut tidak diperbolehkan keluar dari ruangan, dan hanya bisa menyaksikan dunia luar melalui lubang-lubang jendela yang tertutup. Sungguh ironis!