Hasil penelitian mengungkapkan, perilaku orang tua meningkatkan risiko anak berpotensi menjadi seorang pembully. Anak-anak meniru tingkah laku yang mereka lihat sebelumnya dari orang tua atau anggota keluarga lain.
Mungkin Anda menganggap perilaku ini lumrah, tapi lain halnya dalam persepsi anak. Coba cek lagi perilaku berikut. Kurangi, atau hapus dari sekarang agar anak Anda tumbuh menjadi pribadi yang sportif, bukan senang mem-bully.
1. Menggosip di depan anak
Kebiasaan bergosip di depan anak secara tidak sengaja mengirimkan pesan kepada anak bahwa menggosip adalah sesuatu yang bisa diterima dan kegiatan menyenangkan di waktu luang.
Satu saat, ia bisa menggunakan gosip untuk menceritakan tentang temannya yang belum tentu benar dan melukai temannya. Banyak ahli mengategorikan gosip sebagai salah satu bibit bullying karena akan membuat orang lain tertekan.
2. Mendorong jika tak suka
Ada kebiasaan yang secara tidak sadar dilakukan, yaitu merasa risih jika anak terlalu dekat saat Anda menelepon atau melakukan sesuatu yang penting, lalu mendorongnya untuk menjauh. Bagi anak, itu bisa merupakan sinyal bahwa tindakan fisik mendorong itu wajar dilakukan jika ia tidak menyukai seseorang.
Satu saat, ketika ia tidak suka temannya mendekat saat ia sedang main, dengan ringan ia akan mendorongnya. Bahkan mungkin tidak hanya mendorong melainkan menendang atau memukul.
3. Semena-mena terhadap orang lain
Biasanya hal ini ditujukan lewat ucapan dan perilaku terhadap orang yang dianggap berposisi lemah seperti asisten rumah tangga. Saat menyuruh, misalnya, Anda berteriak dan memerintah. Jika ART melakukan kesalahan, Anda memarahinya di depan anak sambil menunjuk-nunjuk dan melotot.
Menurut penelitian, orangtua dari anak pem-bully biasanya mempunyai sikap diskiriminasi yang didasari atas ras, perbedaan kelamin, juga status sosial. Itu bukan Anda, dong.
4. Menuntut prestasi anak secara berlebihan
Misalnya, anak dipaksa untuk ikut les piano, matematika, dan banyak lagi hingga ia kehilangan waktu melakukan sesuatu yang disukai. Tujuan orang tua ingin anaknya di posisi teratas dan temannya di bawah. Orang tua hanya memberikan hadiah jika anak mendapatkan posisi teratas.
Hal tersebut bisa menimbulkan sikap agresif anak kepada temannya yang dianggap sebagai ancaman. Tuntutan ini juga akan menyulitkannya memiliki sikap toleransi dan empati kepada orang lain.