
Ketika tarikan senyum, kernyitan dahi, atau picingan mata meninggalkan garis-garis ekpresi permanen di wajah, masihkah kata-kata “aging gracefully” ada dalam kamus Anda?
Banyak wanita yang juga khawatir dengan munculnya tanda-tanda penuaan. Berdasarkan hasil diskusi bersama para Sahabat PESONA pada Februari lalu, kerutan dan garis senyum menempati posisi teratas dalam daftar “ketakutan-ketakutan” seputar kulit wajah.
Jika perawatan topikal (pemakaian skin care, rajin membersihkan wajah, dan sejenisnya) sudah rutin dilakukan tapi belum ada hasil yang memuaskan, apa yang harus dilakukan?
Ada beberapa langkah yang bisa jadi opsi Anda, yang sudah dilakukan berjuta wanita usia matang lain di Indonesia, dan seluruh dunia.
1. Botox
Botulinum Toxin A—protein yang telah dimurnikan— diinjeksikan ke otot-otot ekspresi tertentu agar lebih relaks, sehingga menghasilkan permukaan kulit yang lebih halus dan tidak berkerut. Botox sangat efektif untuk memudarkan garis-garis halus di sekitar area mata dan dahi.
Keunggulannya, botox relatif tidak menyakitkan, aman karena hanya disuntikkan sedikit di bawah permukaan kulit, dan tidak memengaruhi organ dalam. Hasilnya pun instan, dan dapat bertahan sekitar 4-6 bulan.
2. Filler
Jika cara kerja botox membuat otot yang tegang menjadi santai, lain lagi dengan filler. Ibarat jalan yang berlubang, filler bekerja sebagai aspal yang mengisi jalan tersebut agar kembali rata dan halus.
Untuk bahannya, digunakan hyaluronic acid, yaitu asam yang berfungsi sebagai bahan pelembap kulit. Karena asam ini sendiri merupakan substansi alami yang terdapat di dalam tubuh semua makhluk hidup, filler tergolong aman dan minim risiko.
“Smile line sebenarnya terjadi bukan karena kontraksi otot, tapi karena proses sagging. Di balik kulit wajah terdapat tulang, lemak, otot, serta ligamen yang berfungsi layaknya ‘jangkar’.
“Seiring berjalannya usia, ‘jangkar’ ini makin melemah dan lemak-lemak pun mulai turun sehingga memengaruhi seluruh wajah, dan akhirnya muncul smile line,” jelas dr. Silfia Bety, dipl. AAAM, dermatologist dari Miracle Aesthetic Clinic Kemang Jakarta. “Maka dari itu treatment-nya pun berbeda. Untuk kasus ini filler-lah yang paling tepat.”
3. Laser
Silfia menjelaskan, sekitar usia 50 tahun, meskipun botox atau filler sudah dilakukan, kadang kerutan tetap terlihat meskipun tidak sedang berekspresi. Karena itu, Anda bisa melakukan treatment laser untuk menstimulasi produksi kolagen agar elastisitas kulit menjadi lebih baik. Laser juga bisa menjadi alternatif untuk para pasien yang masih takut untuk melakukan injeksi.
Saat ini, meski sudah cukup banyak orang yang melakukan treatment, masih banyak juga yang merasa ragu untuk mencobanya karena takut akan hasil yang yang tidak natural, bahkan membuat wajah kaku dan sulit berekspresi.
Stigma yang beredar bahwa botox mengakibatkan ‘frozen-face’, dan bila tidak dilakukan berulang, akan membuat kerut wajah bertambah parah dibantah oleh dr. Olivia Ong, dipl. AAAM, Aesthetician and Anti-Aging Specialist dari Jakarta Aesthetic Clinic.
“Botox harus dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten agar tetap terlihat natural sehingga kita tetap bebas berekspresi. Botox yang dilakukan dengan benar tidak akan memengaruhi ekspresi wajah, justru membuatnya terlihat lebih soft.” Jika botox tidak diulang, kulit akan kembali ke kondisi semula, mengikuti penuaan alami, tapi tidak membuat kita akan terlihat lebih jelek.
“Kalau kerutan muncul, ya memang karena penuaan alami yang pasti terjadi, bukan karena efek menghentikan botox,” jelas Olivia.
Foto: Jakarta Aesthetic Clinic