Manfaat ini dirasakan Asta dan keluarganya. Rumah ini memang terasa adem, walau di luar sedang panas. Meski tetap menggunakan pendingin udara, Asta menggunakan pengatur waktu agar AC mati pada pukul 1 dini hari. Ketika itu, ruangan telah menjadi sejuk sehingga AC dapat dimatikan dan penggunaan listrik dapat dihemat. “Kalau hari hujan, kami tidak perlu pakai AC lagi karena sudah sejuk,” kata Asta.
Rumah yang berdiri di atas tanah seluas 250 meter persegi ini terdiri atas dua lantai dan dua bangunan utama. Bangunan pertama diisi ruang keluarga, dapur, area makan dan area servis. Sementara di lantai dua terdapat kamar tidur. Bangunan kedua adalah area kerja Archie. Kendati memiliki fungsi masing-masing, kedua bangunan ini tetap menjadi suatu kesatuan.
Asta dan Archie ingin seluruh sudut rumah mereka bermanfaat. Tidak perlu ada ruangan yang hanya menjadi pemanis tanpa fungsi. Karena itu, mereka memutuskan untuk tidak perlu memiliki ruang tamu. “Jika teman-teman saya datang, mereka bisa duduk-duduk di depan televisi saja,” kata Asta. Sementara jika kolega Archie datang, sudah ada studio yang bisa menampung mereka.
Di antara rumah utama dan ruang studio Archie, terdapat teras dengan dinding putih. Terlihat agak keluar dari jalur karena seluruh rumah berdindingkan bata. Ternyata Asta punya rencana khusus dengan dinding tersebut. “Saya ingin ada mural di dinding ini,” kata Asta. Kapan rencananya, ia pun belum bisa memastikan. “Saya belum tahu mau gambar apa, nanti saja, deh,” Asta menjawab diiringi dengan tawa.
Foto: Shinta Meliza
Pengarah visual: Erin Metasari