
Menangis untuk meluluhkan hati pria mungkin merupakan trik paling kuno yang secara tak sadar diajarkan oleh ibu atau nenek kita kepada kita – kaum wanita. Mungkin bagi wanita zaman dulu, mengekspos kelemahan dengan menangis di hadapan pria dianggap cara yang paling cespleng – meskipun manipulatif — agar pria memenuhi apa yang diminta atau diharapkan oleh wanita – biasanya bila bujukan dan rayuan sudah tidak mempan lagi. Karena, ada anggapan bahwa dorongan naluri kepahlawanan pada diri pria akan tergugah bila melihat wanita menangis tak berdaya.
Namun, ‘teori’ itu tampaknya sudah menjadi ‘lagu lama’ yang tidak laku lagi sehingga harus direvisi oleh wanita zaman sekarang. Karena, berbagai hasil penelitian telah merontokkan anggapan tersebut. Dalam artikelnya, The Crying Game: Women’s Tears Dial Down Testosterone, yang dimuat di Time.com, Maia Szalavitz, jurnalis Time yang mendalami neuroscience dan penulis buku Born for Love: Why Empathy Is Essential – and Endagered, mengungkapkan bahwa pria justru cenderung sebal melihat wanita menangis di hadapannya. Alasannya, mereka jadi merasa tak berdaya dan merasa gagal karena tak mampu membahagiakan pasangannya. Yang masih ditoleransi oleh pria adalah bila wanita menangis karena bahagia atau terharu. Yang lebih celaka, kemungkinan selanjutnya ada dua: mereka jadi kehilangan gairah seksual, atau sebaliknya, air mata wanita malah memicu agresivitas mereka sehingga kerap berakhir dengan tindakan kekerasan terhadap sang wanita.
Szalavitz juga mengungkapkan hasil studi lain bahwa air mata wanita secara dramatis menurunkan kadar testosteron pria, yang pada akhirnya menghambat rangsangan seksual mereka. Karena itu, secara sadar maupun tak sadar, air mata wanita ikut mematikan gairah seksual pria!
Penelitian lain mengungkapkan adanya pengaruh aroma (scent) air mata terhadap emosi. Pada tikus, cairan serupa aroma air mata yang diteteskan di sekitar mereka ternyata menimbulkan reaksi kimia tertentu. Pada tikus jantan, mereka menjadi lebih agresif terhadap tikus jantan lainnya. Sedangkan pada manusia, aroma air mata berpengaruh pada siklus menstruasi (pada wanita) dan gairah seksual (pada pria) – dan sayangnya justru pengaruh negatif. Karena itu, Sobel menyimpulkan, “Air mata wanita sama sekali tak berpengaruh dalam hal menumbuhkan empati atau rasa iba pada pria.”
Selanjutnya: Wanita Menangis Tidak Seksi