
Hingga kini, tak ada riset lokal yang berupaya menjawab pertanyaan tersebut. Pencerahan datang lewat Dr. Avi Sadeh dari Tel Aviv University. Selain menerbitkan buku Sleeping Like a Baby (2011), Sadeh menerbitkan berbagai makalah di Society for Research in Child Development. Salah satunya adalah The Effect of Sleep Restriction and Extension on School-Age Children: What a Difference an Hour Makes (2003).
Dalam penelitian, Sadeh memantau 77 siswa kelas 4 yang diminta tidur 30 menit lebih cepat, dan siswa kelas 6 yang diminta tidur 30 menit lebih larut ketika pulang sekolah, selama tiga hari berturut-turut. Setiap anak diberi gelang pemantau kualitas tidur.
Di hari ketiga, para peneliti pergi ke sekolah untuk menguji fungsi-fungsi neurobiological para siswa. Sadeh, yang awalnya pesimis mendapat hasil, terkejut. Perbedaan satu jam tidur ternyata tak hanya bisa diukur, tetapi memiliki dampak nyata.
Temuan Sadeh memperlihatkan adanya gap performa antara siswa kelas 4 dan kelas 6 yang jauh melebihi normal. Singkatnya, saat diuji, para siswa kelas 6 yang kurang tidur itu memiliki performa yang sama dengan anak kelas 4.
Faktanya, fase perkembangan otak anak berjalan hingga ia berusia 21 tahun. Dan, menurut Sadeh, “Hilangnya satu jam tidur itu setara dengan hilangnya dua tahun perkembangan dan pendewasaan kognitif anak.” Bayangkan jika itu berlangsung setiap hari.
“Kenapa kamu terlambat lagi?” tanya Dzulfikar, seraya mendekati Rina.
“Capek, Pak. (kemarin) Saya les matematika. Pusing. Ngantuk. Stres!”
Deg! Jantung Dzulfikar berdegup. Dalam hati, Dzulfikar penasaran dan khawatir. Siang itu juga, Dzulfikar mendapat laporan dari teman-teman Rina. Menurut mereka, saat jam istirahat pun Rina lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur.
Rina mengaku kelelahan akibat jadwal kegiatan yang padat. Usai sekolah, Rina ikut bimbingan belajar atau kegiatan seperti les musik dan olahraga. Terkadang, ia baru sampai rumah pukul 18.00-19.00. Dengan kondisi fisik dan mental lelah, ia masih harus mengerjakan pekerjaan rumah hingga larut malam. Ia tertekan.
Berbeda dari penyakit lain yang menyerang bagian tubuh tertentu, gangguan tidur memengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.
Menurut riset dari National Sleep Organization, rata-rata jam tidur anak zaman sekarang satu jam lebih sedikit ketimbang 30 tahun silam (generasi sebelumnya). Pada anak-anak usia TK, jumlah jam tidur anak 30 menit lebih singkat.
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT, dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta, prihatin dengan kondisi tersebut. “Sejumlah 30% dari pasien saya adalah anak-anak yang mengalami gangguan tidur,” jelas Andreas.
Umumnya, diagnosis menunjukan dua gangguan: insomnia atau hypersomnia. Jika insomnia adalah penyakit sulit tidur, hypersomnia adalah rasa kantuk berlebihan di siang hari. Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab, mulai dari kegandrungan anak terhadap gadget, kelalaian orang tua menerapkan jam tidur, keinginan orang tua untuk bercengkerama sepulang kerja, hingga padatnya kegiatan anak.
“Sulit untuk menjelaskan efek gangguan tidur pada anak,” jelas Andreas. “Berbeda dari penyakit lain yang menyerang bagian tubuh tertentu, gangguan tidur memengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan. Semua berawal dari kualitas tidur.”
Andreas menyebutkan setidaknya ada empat area terkait kegiatan belajar anak yang terkena dampak langsung dari gangguan tidur: Kemampuan konsentrasi, analisis, motorik halus, dan memori.
Sederhananya, bagaimana anak bisa berkonsentrasi dan menganalisa jika ia mengantuk? Jangan harapkan pula anak bisa belajar bermusik atau menggambar jika saraf motorik mereka terganggu.
Terkait memori, perlu dicatat bahwa segala hal yang dipelajari memerlukan waktu untuk ‘diendapkan’ ke dalam otak. Dan pengendapan itu terjadi saat anak sedang dalam tahap tidur Rapid Eye Movement (REM). REM, selain berperan dalam meningkatkan memori dan pemahaman anak, berkaitan erat dengan kestabilan emosi. “Anak dengan kualitas tidur buruk cenderung sensitif, agresif dan rewel di sekolah,” jelas Andreas.
Di luar negeri, beberapa peneliti bahkan menyatakan adanya kedekatan antara gangguan tidur dengan berbagai kondisi seperti Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) dan obesitas.