Di tahun 2029, Logan atau Wolverine (Hugh Jackman) adalah pria menua (membaca dengan kacamata plus!) yang beruban, dengan jalan terseok-seok dan bekerja sebagai sopir limo online. Tak ada lagi mutan yang masih eksis.
Ia tinggal di Meksiko dekat perbatasan dengan AS, dan menyembunyikan pria tua pikun yang hobi meracau dan rutin kejang-kejang, yang ternyata Profesor Charles Xavier (Patrick Stewart), yang sudah berusia 90 tahun.
Tentu saja saat Charles kejang-kejang, dalam radius sekian meter di dekatnya semua ikut lumpuh. Dan Charles harus disuntik agar tenang. Dalam merawat Charles, Logan dibantu Caliban (Stephan Merchant), mutan albino yang mampu melacak mutan lain.
Seorang wanita, Gabriela (Elizabeth Rodriguez), menyewa limo Logan, dan membayar 20 ribu dolar untuk membawanya bersama seorang gadis kecil bernama Laura (Dafne Keen) ke North Dakota. Ketika Gabriela ditemukan tewas, hidup Logan-Charles-Caliban di tengah gersangnya padang tandus itu pun terusik.
Laura diincar Pierce (Boyd Holbrook), tentara bayaran, yang bersama pasukannya memburu Laura. Si kecil berusia 11 tahun yang terus membisu itu ternyata mutan buatan dari proyek rahasia perusahaan Transigen, yang dikepalai dokter Zander Rice. Laura adalah 'anak' Logan dari inseminasi buatan, dan ia memiliki kekuatan tak ubahnya Wolverine.
Film ini menceritakan Logan, Laura, dan Charles melakukan 'road trip' seperti 'keluarga', menuju Eden di North Dakota, yang dipercaya Gabriela sebagai tempat pemberhentian para mutan teman-teman Laura, sebelum mereka menyeberang ke Kanada.
Sejak awal film, saya tak habis tercekat, karena film superhero arahan James Mangold ini sangat kelam, bahkan tak memberikan peluang bagi tokoh-tokoh pendukung yang hadir untuk mendapatkan happy ending. Film ini, seperti "Deadpool," penuh darah muncrat, bahkan kepala menggelinding.
Sosok Wolverine yang jadi menua karena racun dari logam utama kekuatannya sendiri bukan superhero yang kita kenal. Ia manusia biasa yang lelah, ingin berbuat baik, tapi frustrasi. Charles atau Profesor X juga tak ubahnya kakek-kakek pikun yang lemah. Sentilan tentang imigran dan pengungsi di film ini pun terasa relevan dengan situasi politik di AS.
Inilah film terakhir dari tokoh Wolverine. Saya seperti menonton gabungan antara "Resident Evil," "Mad Max," dan "No Country for Old Men." Film serius yang, sekali lagi, bukan tontonan anak kecil Anda. Menurut saya, ini salah satu film Marvel dan "X-Men" yang mengusik saya, bahkan setelah pulang dari bioskop.
Foto: 20th Century Fox