Walaupun baru awal November, taman itu sudah bertema Natal. Namun yang menarik perhatian saya bukanlah daun merah palsu khas Natal yang menghiasi beberapa tempat di sana, melainkan dedaunan di pepohonan yang sudah ‘menjadi bunga’ alias berubah warna. Tak puas-puasnya saya saksikan semua itu sementara naik kereta gantung ataupun berjalan santai di taman itu.
Namun itu belum seberapa. Esok harinya saya benar-benar bersorak ketika tiba di Mount Sorak National Park, gunung tertinggi di kelompok Pegunungan Taebaek di Provinsi Gangwon, bagian timur Korsel. Disebut Seorak dalam bahasa setempat (‘Seol’ berarti salju, ‘Ak’ berarti gunung besar), sebab salju di situ tak kunjung meleleh sampai lama, sehingga bebatuan tetap putih hingga jauh memasuki musim semi.
Pada waktu kami tiba di sana, warna merah, oranye, dan kuning dedaunan sudah menyambut kedatangan kami jauh sebelum kami memasuki area taman. Di dalam taman itu sendiri semarak daun bertambah seru, sehingga para pelancong heboh memotret di sana-sini.
Sebatang pohon maple menarik perhatian saya, sebab daunnya bukan merah seluruhnya, melainkan beraneka ragam warna, mulai dari hijau, kuning, oranye, sampai merah. Mungkin sedang dalam proses menjadi merah sepenuhnya. Walaupun kamera kecil saya tidak berhasil menangkap segala nuansa warna itu, setidaknya mata saya, kamera canggih buatan Tuhan, telah menangkap dan merekam keajaiban alam ini.
Tak jauh berjalan, sampailah kami ke patung Buddha terbesar di Korea, yang duduk tegak di singgasana bunga lotus setinggi 4,3 meter. Patung Buddha ini diberi nama The Great Unification Buddha sebagai upaya pemersatuan Korea Utara dan Selatan. Tingginya 14,6 meter dan beratnya 108 ton, berlapis perunggu.