Berakhir di Scheveningen
Negara Kincir Angin menjadi akhir petualangan 17 hari kami di Eropa. Udara dingin langsung menyambut kami saat memasuki Roermond. Kami pun mengeluarkan jaket, syal, mantel, dan sarung tangan, siap bergaya ala musim dingin. Roermond sendiri tidak bisa disebut kota, karena wilayahnya tidak terlalu luas. Orang Belanda menyebut wilayah seperti ini sebagai gemeente atau kotamadya.
Tapi, kami tidak kecewa datang ke sini. Selain bersih dan bersuasana tenang, kami juga bisa belanja busana (lagi). Yang asyik, kali ini dengan harga miring. Maklum, Roermond dikenal sebagai wilayah factory outlet. Banyak sekali factory outlet di Roermond, meski tidak sesesak di Bandung. Kami dapat belanja nyaman dengan banyak sekali pilihan busana.
Tak berlama-lama di Roermond, kami melanjutkan perjalanan ke Amsterdam. Seorang kerabat Nita sudah menunggu kedatangan kami dengan suguhan makanan Indonesia: nasi hangat, rendang, dan opor ayam. Wah, nikmat sekali! Mungkin karena lidah kami sudah sangat merindukan masakan kampung halaman setelah berhari-hari hanya menyantap hidangan Eropa.
Dalam pandangan kami, Belanda adalah negara superbebas. Saat berjalan-jalan di Amsterdam, kami menemukan sejumlah kafe dan restoran yang biasa dijadikan tempat mengisap ganja, dan tempat itu legal. Kami juga sempat mampir ke Rossebuurt, red light district atau tempat prostitusi legal di Belanda yang sering dijadikan buah bibir wisatawan mancanegara.