Kami memutuskan menyusuri Sungai Mekong setelah melihat-lihat paket wisata yang ditawarkan banyak biro perjalanan di Ho Chi Minh City. Kebetulan saya sendiri belum pernah mengikuti tur ini. Berperahu menyusuri Sungai Mekong bersama teman-teman pasti seru sekali! Dengan panjang kurang lebih 4.909 km, Mekong merupakan sungai dengan peringkat ke-10 terbesar di dunia dan ke-7 di Asia. Berawal dari Tibet, melalui Yunan, wilayah Cina, Myanmar, Thailand, Laos-Kamboja, dan Vietnam. Asal nama Mekong diambil dari bahasa etnik Thai, yaitu Mae Nam Kong. Mae Kong artinya sungai Kong, atau induk dari segala sungai. Dialek Cina menyebutnya Mei Gong He, sebagian lain memberi nama Lancang Jiang atau Sungai Lancang. Kong sendiri dalam bahasa Thai berarti buaya besar, sehingga di Kamboja sungai ini diberi nama Tonle Thom (Sungai Besar).
Di Vietnam, Sungai Mekong terkait dengan cerita 9 kepala naga yang terbagi menjadi 2 anak sungai: Tien Giang dan Hao Giang. Lebih kurang 90 juta penduduk Vietnam bergantung dari sungai ini, terutama para petani.
Dengan sengaja kami ber-dresscode putih, tapi tanpa sengaja sama-sama memakai topi lebar warna-warni. Kami mulai menyusuri sungai dengan perahu khas Mekong pada pukul 10.00. Sebelumnya kami menempuh perjalanan dengan bus wisata selama 2 jam dari Ho Chi Minh City (selama liburan ini, kami bermarkas di rumah saya di Ho Chi Minh City).
Kesan saya, Mekong mirip sungai-sungai di Indonesia, bedanya sungai ini bersih, nyaris tanpa ceceran sampah. Sungai yang digunakan oleh warga untuk menopang hidup sehari-hari ini sekaligus juga dijadikan tempat wisata. Di beberapa spot kami menepi untuk mengeksplorasi sebuah pusat pembuatan makanan tradisional, kebun buah-buahan, dan untuk makan siang di sebuah pondok yang dikelola secara tradisional dan alami. Semuanya kami nikmati dengan sukacita. Berbagai celetukan dan tawa lebar mewarnai perjalanan ini. Dan yang tak pernah terlupa: berebut berpose di depan kamera. Asyik sekali.
Di Vietnam, Sungai Mekong terkait dengan cerita 9 kepala naga yang terbagi menjadi 2 anak sungai: Tien Giang dan Hao Giang. Lebih kurang 90 juta penduduk Vietnam bergantung dari sungai ini, terutama para petani.
Dengan sengaja kami ber-dresscode putih, tapi tanpa sengaja sama-sama memakai topi lebar warna-warni. Kami mulai menyusuri sungai dengan perahu khas Mekong pada pukul 10.00. Sebelumnya kami menempuh perjalanan dengan bus wisata selama 2 jam dari Ho Chi Minh City (selama liburan ini, kami bermarkas di rumah saya di Ho Chi Minh City).
Kesan saya, Mekong mirip sungai-sungai di Indonesia, bedanya sungai ini bersih, nyaris tanpa ceceran sampah. Sungai yang digunakan oleh warga untuk menopang hidup sehari-hari ini sekaligus juga dijadikan tempat wisata. Di beberapa spot kami menepi untuk mengeksplorasi sebuah pusat pembuatan makanan tradisional, kebun buah-buahan, dan untuk makan siang di sebuah pondok yang dikelola secara tradisional dan alami. Semuanya kami nikmati dengan sukacita. Berbagai celetukan dan tawa lebar mewarnai perjalanan ini. Dan yang tak pernah terlupa: berebut berpose di depan kamera. Asyik sekali.