Contoh lain, seorang ibu sangat cerewet terhadap anaknya yang dianggapnya sangat nakal, sering pergi tanpa pamit, suka berkelahi, dan disinyalir memakai narkoba. Sang ibu sangat membenci anak itu karena dianggap mencemarkan nama baik keluarga.
Bagaimana seharusnya?
Sang ibulah yang mesti melakukan refleksi diri, apakah selama ini sudah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada putranya? Mungkin saja selama itu sang ibu hanya marah-marah dan menuntut si anak terlalu banyak, sehingga anak tertekan dan mencari pelarian di luar, yang kebetulan negatif sifatnya.
Perhatian dan kasih sayang penuh, tanpa pamrih, kemungkinan besar akan membawa si anak kembali ke jalan lurus.
Menurut Bang Dame, kesadaran untuk berbuat baik membuat kita ingin mengasihi siapa saja di sekitar kita, termasuk orang yang tadinya tidak kita sukai.
Dengan cinta, kita dapat menyatu dengan Sumber Cinta, yaitu Tuhan yang memiliki sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jadi, di mana kita belajar cinta? Yang pertama dan paling mudah adalah di dalam keluarga atau lingkungan kita sehari-hari. Karena keluarga adalah kehidupan –tempat Tuhan berekspresi- yang paling dekat dengan kita.
Dinamika hubungan kita dengan anggota keluarga dan cara kita merespon mereka, merupakan potret diri kita yang sebenarnya. Melalui "Sekolah Cinta" kita dapat mengubah pandangan yang sempit terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sehingga akhirnya kita mampu memberi dan menerima kasih sayang dengan tulus.