Harapan saya untuk dapat menyaksikan kegembiraan layaknya seorang petani yang menantikan hasil yang berharga dari tanahnya, memang tidak saya peroleh. Di sini semuanya sudah berbeda, peralatan serba modern menjadi andalan untuk menghasilkan sebotol wine. Tidak lagi melakukan cara-cara tradisonal seperti yang pernah saya saksikan lewat film A Walk To Remember, dimana buah anggur hasil panen ditaruh dalam bak kayu besar untuk kemudian diinjak-injak beramai-ramai hingga buah anggur mengeluarkan air sarinya, kemudian difermentasikan hingga menjadi sebotol wine.
Kemajuan teknologi pula yang memampukan Domaine Chandon, yang terletak tepat di jantung Yarra Valley ini memiliki banyak ragam produk wine. Salah satunya, Chandon sparkling wine. Saya jadi teringat akan tanah air, bukankah sparkling wine juga mendapat tempat di kalangan sosialita Jakarta saat ini? Khususnya digemari oleh para wanita.
Belakangan ini wine asal Australia memang makin laku di tanah air. Iklim wilayah Victoria memenuhi syarat menghasilkan buah anggur yang baik karena memiliki udara dingin yang berasal dari The Great Southern Ocean dan The Great Dividing Range. Kombinasi keduanya menjadikan outstanding sites for cool climate viticulture, yang pada akhirnya akan menghasilkan wine murni terbaik bagi Chandon.
Perkebunan anggur ini dibagi atas empat area. Setiap area ditujukan untuk menghasilkan buah anggur yang pas untuk jenis wine-nya masing-masing. Yarra Valley Floor – Green Point dengan kandungan hara tanah dan iklim pada bulan Januari mencapai 19.0 Celsius, panen buahnya digunakan untuk produksi wine chardonnay, pinot noir, shiraz dan pinot meunier. Sementara di Upper Yarra, yang dapat mencapai suhu 18.2 Celsius pada bulan Januari, buah anggur yang dihasilkan tepat diolah untuk wine jenis chardonnay, shiraz, pinot noir, dan sauvignon blanc.
Dua area lainnya, Strathbogie, dengan hara tanah yang berbeda dan bisa mencapai suhu 18.2 Celsius pada bulan Januari, menghasilkan wine jenis chardonnay, pinot Noir, sauvignon blanc dan pinot meunier. Sementara, area terakhir, Heathcote yang pada bulan Januari mencapai suhu 19.5 Celsius, memiliki kandungan hara tanah yang berbeda pula untuk menghasilkan shiraz. Hal yang menarik adalah meski jenis wine memiliki nama yang sama, tetap saja kareteristiknya masing-masing berbeda.