Honeymoon Beach yang romantis
Esoknya, sehabis sarapan pagi, saya diajak naik speedboat menuju Honeymoon Beach, pantai khusus bagi tamu yang berbulan madu. Di kejauhan terlihat beberapa rumah dan perahu nelayan. Rupanya itu sebuah perkampungan kecil, namanya Brang Sedo. Pulau ini memang berpenduduk, meski hanya sekitar 2.000 jiwa. Mereka mendiami beberapa kampung dan desa yang terpencar-pencar. Desa terbesar adalah Labuan Aji, tak jauh di utara resor. Sebagian karyawan resor berasal dari sana.
Saya sempat berpikir, kalau ada perkampungan, apakah pasangan yang sedang berbulan madu tidak terganggu? Ternyata tidak, karena antara pihak resor dengan warga perkampungan sudah dibuat kesepakatan bahwa perahu-perahu nelayan tidak akan mendekat ke Honeymoon Beach.
Pantai yang kami tuju memang masih jauh lagi ke selatan. Di pantai berpasir putih dan sepi ini, yang ada hanyalah sebuah tenda sederhana bertiang bambu, beratap kanvas krem, beralaskan tikar bambu dengan sebuah kasur tertutup seprai putih, serta dua bantal. Pasangan yang akan ditinggal beberapa jam di sini juga dibawakan bekal piknik, minuman dalam cool box, serta radio panggil.
Honeymoon Beach ini berpantai landai dan lurus, lautnya hanya beriak-riak kecil. Di belakang tenda terhampar pepohonan hutan yang rapat – daun-daun yang berguguran sengaja tidak dibersihkan. Suasananya sungguh hening, sampai-sampai suara mesin perahu nelayan di kejauhan pun bisa terdengar. Tapi jarak perahu dengan pantai ini cukup jauh, jadi dijamin para nelayan itu tidak bakal bisa mengintip apa pun yang dilakukan para pengantin baru itu.