Air terjun Lady Diana
Sore harinya saya kembali naik speedboat, kali ini menuju Desa Labuan Aji. Desa utama di Pulau Moyo yang sering juga disebut Labuh Aji ini menjadi pintu masuk menuju Air Terjun Lady Diana, yang hendak kami tuju. Belum ada penginapan di sini. Rumah-rumah panggung khas Sumbawa di desa ini terlihat sepi. Penduduknya umumnya nelayan yang sedang melaut dan sebagian lagi sedang mencari madu di hutan.
Kami mampir ke rumah Muhtar, seorang penduduk desa, untuk mengambil jeep Willys. Amanwana memang punya dua unit jeep sisa Perang Dunia II ini khusus untuk membawa para tamu yang hendak ke air terjun. Perlu waktu sekitar 30 menit naik jeep untuk sampai di pertigaan jalan tanah di tengah hutan. Meskipun disebut off-road, untunglah tidak seberat seperti yang sering ditayangan di televisi. Hanya ada sedikit guncangan dan tidak sampai membuat perut mual.
Dari sana, kami masih harus trekking di jalan setapak, sampai kemudian terlihat air terjun setinggi sekitar empat meter, sedikit terhalang oleh pepohonan. Warna kolam di bawahnya hijau zamrud jernih, yang airnya mengalir dan jatuh lagi ke jeram bersusun tak jauh di depannya. Nama sebenarnya adalah Air Terjun Matajitu. Tapi setelah Lady Di mengunjungi air terjun ini bersama beberapa pengawalnya – Pangeran Charles tidak ikut – orang lebih suka menyebutnya Air Terjun Lady Diana. Mick Jagger dan Bill Gates juga pernah menginap di Amanwana, tapi sepertinya tidak berkunjung ke air terjun ini.
Selanjutnya saya diajak berjalan menyusuri pinggir sungai. Ternyata, ada sebuah jembatan untuk menyeberangi sungai ini, dan dari sini pemandangannya lebih bagus lagi. Kami menyusuri jalan setapak melewati air terjun, ke arah hulu. Pohon-pohon hutan yang tinggi membuat suasana teduh dan sejuk. “Masih ada satu air terjun lagi, sekitar 500 meter dari sini,” tutur Mahdi, staf Amanwana yang menemani saya.
Ternyata air terjun yang kedua ini sungguh cantik, meski lebih pendek dari yang pertama. Air sungai di atasnya mengalir pelan melalui bebatuan yang berlapis-lapis seperti lantai bersusun, lalu mencurah turun dan jatuh ke kolam yang juga berwarna hijau zamrud. Dinding air terjunnya lebih mirip seluncuran air dan orang bisa duduk di bawahnya menerima curahan air yang tak begitu besar. Saya membayangkan, kalau Lady Di mandi, pasti dia mandinya di sini, bukan di air terjun yang menyandang namanya.
(bersambung)