Stereotip anak tunggal
Salah satu yang 'mengganggu' pikiran dengan punya anak tunggal adalah stigma di masyarakat yang negatif. Dikatakan anak tunggal akan tumbuh menjadi pribadi yang egois, kesepian, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan. Seorang psikolog perkembangan dari Amerika Serikat, Hurlock mengemukakan dua tipe anak tunggal yaitu:
1. Manja, egosentris, dan antisosial (sulit bergaul dan tidak peduli pada orang lain).
2. Menutup diri, peka, mudah cemas, cenderung pemalu, dan terlalu bergantung pada orangtua (dependen).
Bisa dipahami jika perkembangan sosial emosional anak tunggal menjadi terbatas. Sejak kecil karena tidak punya saudara kandung, ia tidak pernah mengalami interaksi atau konflik yang biasa dialami antarsaudara. Situasi ini menyebabkan anak tunggal tersebut sedikit mendapat kesempatan untuk belajar berbagi, tolong menolong, dan ‘tatacara’ atau ‘sopan-santun’ pergaulan di kalangan anak-anak.
Dengan sifat-sifatnya yang manja, egosentris, dan antisosial, mengakibatkan anak tunggal menjadi tidak populer dan sulit diterima di lingkungan pergaulannya. Dan karena selalu dituruti segala keinginannya, maka ia menjadi anak yang 'cengeng' dan kurang memiliki daya juang untuk memperoleh sesuatu.
Sebaliknya dari segi akademis, para anak tunggal justru menonjol, bahkan banyak yang tumbuh menjadi anak jenius. Bisa dipahami karena orangtua akan memberi stimulasi maksimal kepada anaknya yang semata wayang sesuai dengan perkembangan usia mereka.