Stick notes
Mungkin, kalau saya menyebut stick notes, Anda tidak langsung tahu. Tapi, begitu saya pakai istilah post it? Nah, Anda langsung terbayang kan, lembaran-lembaran kertas kuning yang sudah berperekat di tepi atasnya?
Yang satu ini memang jenis lembar catatan favorit saya. Kalau mampir ke toko buku atau bagian stationary di supermarket, seringkali saya tergelitik membeli post it berbagai ukuran. Yang ukuran mini, medium, sampai yang agak besar hampir seperempat kertas folio. Harganya tidak sampai Rp50 ribu, tapi setiap kali saya membeli kerta memo jenis ini saya merasakannya sebagai suatu kemewahan. Mungkin, karena terbiasa memakai kertas bekas, membuat catatan di lembaran kertas baru yang khusus harus dibeli, terasa benar bedanya.
Bagi saya, post it sangat berguna. Praktis, tak perlu digunting-gunting, tinggal tempel tanpa harus susah payah mencari selotip, dan bisa ditempel di mana saja, di pintu lemari es, pintu kamar tidur (agar pesan dibaca anak-anak sebelum tidur), atau pintu kamar mandi mereka (agar mereka membaca pesan ketika bangun pagi). Juga bisa ditempel di dompet untuk mengingatkan tagihan apa yang harus dibayar, atau barang apa yang perlu saya beli. Ditempel di kaca meja rias, agar tidak lupa barang-barang yang harus saya bawa dari rumah. Sekretaris saya suka menempelkan post it di sisi luar tas kantor saya, berisi jadwal rapat esok hari, janji makan siang dengan klien, atau sekadar mengingatkan bahwa besok saya tak ada acara khusus!