Bertindak strategis
Banyaknya hambatan (dari dalam maupun luar) pada perempuan untuk bertindak tegas memang sulit ditembus, kecuali kita memiliki kepercayaan diri yang supertinggi dan dukungan emosional dari orang-orang terdekat. Khusus bagi korban kekerasan, menurut Kristi, tidak hanya diperlukan keberanian, tapi juga tindakan yang strategis agar tidak menjadi buah simalakama bagi perempuan.
Kita tidak perlu menjadi seorang aktivis yang berdemonstrasi di jalanan untuk meneriakkan keadilan (meskipun tak ada salahnya juga sesekali melakukan hal itu), tapi lakukan pemberdayaan diri sendiri dan ciptakan lingkungan kondusif yang dimulai dari keluarga. “Sikap asertif bisa dilatih sejak kecil. Dengan menjadi ibu yang strong minded, Anda bisa memberi contoh kepada anak-anak agar mereka berani berbicara dan bertindak. Bagi anak laki-laki, kita pun bisa menekankan perilaku antikekerasan dan cara-cara memperlakukan perempuan dengan semestinya,” ujar Livia.
Berikut adalah 10 langkah yang bisa membantu Anda untuk berani bertindak asertif dan strategis:
1. Percaya diri
Gali dan memaksimalkan kelebihan diri sendiri. Tantanglah diri Anda untuk mampu melakukan sesuatu yang out of the box, keluar dari zona nyaman Anda.
2. Berani
Ini adalah modal utama untuk bertindak sekaligus menerima segala risiko yang mengikutinya. Bagi perempuan, tampaknya perlu 'nyali' ekstra agar pendapatnya didengar, sekaligus untuk melindungi dirinya dari kekerasan. Sebaliknya, ketakutan akan membawa kita terbelenggu pada rasa khawatir, skeptis, dan tidak percaya diri.
3. Temukan role model
Cari orang-orang di lingkungan terdekat atau dari berbagai sumber, misalnya media massa, yang Anda anggap sebagai perempuan inspiratif. Orang itu bisa Anda jadikan panutan dalam bertindak sesuai dengan konteks masalah Anda.
4. Melatih diri untuk berpendapat
Budaya bisu dan diam saja menerima perlakuan yang tidak menyenangkan sudah tak relevan lagi bagi perempuan masa kini. Membangun komunikasi butuh kesetaraan di antara laki-laki dan perempuan. Jika perempuan merasa lebih rendah daripada laki-laki, maka komunikasi tidak akan terjalin secara proporsional.
5. Mencari dan mengolah informasi
Akses perempuan terhadap informasi sudah terbuka lebar. Tinggal perempuan sendiri mau atau tidak memanfaatkan kemudahan akses tersebut. Tren saat ini mengharuskan orang untuk mempunyai informasi yang banyak dan cepat. Perempuan harus belajar melek teknologi, sebagai alat bantu menemukan informasi yang mendukung aspirasinya.