Cerita Segelas Sopi
Salah satu kesamaan antara Pulau Kisar dan Pulau Letti adalah memiliki pohon koli yang tumbuh subur di mana pun. Daun koli akan menghasilkan tuak lokal yang disebut sopi. Setiap kali mengunjungi suatu desa, minuman keras ini selalu dijadikan welcome drink. Seseruput kecil memang terasa menyegarkan badan, tapi lebih dari itu, tunggu saja reaksi selanjutnya.
pesawat perintis Merpati yang membawa saya dari Bandara Pattimura Ambon, ke Bandara Purpura,
Kisar, rombongan saya sudah disuguhi sopi dan sirih. Orang Kisar menyebut prosesi penyambutan
tamu dengan sirih, sopi, doa tetua, dan Tari Peuk ini sebagai rangkaian adat Naikada.
Setelah tetua adat Kisar menyambut dengan doa berbahasa setempat, seorang pemuda berkostum
tenun ikat warna gelap menyodorkan gelas-gelas kecil berisi cairan berwarna putih. Gelasnya
kira-kira seukuran satu shoot tequila. Rasanya lebih mirip vodka. Dengan percaya diri, saya
langsung menegak habis satu shoot sopi di bawah matahari yang memanggang kulit. Seketika saya
langsung merutuk gaya sok percaya diri saya itu. Tubuh saya seperti diberi efek kejut berupa
jalaran rasa panas dari dalam, mata memerah dan panas, rasa pahit dan asam mencengkeram lidah,
meski kemudian muncul rasa manis dan sedikit nagih. Sebagai catatan saja, bila Anda bukan
peminum tapi merasa penasaran, cicipi saja sedikit. Maklum, kadar alkohol sopi termasuk tinggi,
sekitar 50%. Tapi, tidak adil bila penduduk Kisar dan Letti lantas disebut sebagai masyarakat
pemabuk. Alamlah yang membentuk ‘budaya minum’ di kalangan masyarakatnya.