Di sekitar jalan setapak saya melihat pepohonan yang kulit kayunya mengelupas, tak ubahnya kulit wanita sehabis melakukan perawatan peeling. Tanaman-tanaman yang mulai bersemi tampak pula di sana-sini, menggelitik hati untuk memetik, tapi … ah, tak enak hati melihat betapa terawat dan bersihnya lingkungan di sini. Weeping willow tree – yang daunnya menjadi makanan panda – tampak berayun-ayun di tepi jalan setapak, menimbulkan fantasi bahwa ada panda mengintip dari baliknya!
Daya tarik lain daerah ini adalah air terjunnya, yang memancar turun dari berbagai ketinggian. Yang paling menarik bagi saya adalah Nourilang Waterfall, yang tingginya sekitar 20 meter tapi lebarnya sampai 320 meter. Air mengalir terus-menerus, menghasilkan ratusan percik-percik kecil yang memikat.
Untunglah di tempat ini kami mendapat waktu yang tak terbatas. Lelah tapi puas, saya tak segan-segan duduk bersila di boardwalk. Sesekali mata menatap air terjun terlebar di seluruh Cina ini, sesekali menengok parit jernih yang mengalir tenang di seberangnya. Dan, Nourilang bukan satu-satunya air terjun yang kami saksikan. Masih banyak lainnya yang tersebar di antara danau-danau. Kaki pun protes. Tiga di antara kami mengaku kalah dan minta diantar kembali ke hotel. Puas menjelajah taman nasional, disusul nonton pertunjukan tradisional Tibet, malam itu kami tidur lelap sekalipun bukan di hotel bintang lima (ingat, tur hemat).
Seperti dikisahkan oleh kontributor Pesona