Pendidikan bagi anak-anak tak mampu
Saat Aceh sudah mulai stabil, datang tawaran bantuan dari pihak asing, yaitu Qatar. Pada saat yang hampir bersamaan, Yogyakarta dilanda gempa besar (2006). Lily menawarkan untuk mengalokasikan bantuan dari Qatar itu ke Yogya dan disetujui. Ia lantas mendistribusikan bantuan tersebut ke Desa Bayat, Klaten, karena wilayah tersebut belum banyak mendapatkan bantuan. Dan ketika Soroptimis melepaskan dukungannya – karena keterbatasan tenaga dan waktu – Lily berinisiatif mendirikanTitian Foundation, yang berfokus pada pendidikan anak kurang mampu.
“Dengan berdirinya Titian Foundation, saya memantapkan diri untuk menjalani karier kedua saya,” ujar nenek 6 cucu ini. Pada awalnya Lily hanya berfokus pada pembangunan desa dan sekolah pascabencana. Namun setelah pembangunan fisik selesai, ia tetap merasa belum cukup. Kurangnya kualitas SDM untuk pendidikan di Bayat, misalnya, terus mengganggu pikirannya. Ia juga melihat kecenderungan 85% murid SMP di sana tidak melanjutkan pendidikan karena berbagai alasan, umumnya karena biaya.
“Mulailah alarm di kepala saya menyala, inilah biang keladi perdagangan manusia. Saya bicarakan hal ini kepada para donor, dan saya tawarkan apakah mereka ingin membantu menyediakan program beasiswa. Ternyata ada yang bersedia. Sejak itulah Titian mulai bekerja untuk manusia, tidak hanya membangun gedung,” tuturnya.
Ia lantas membuat program lanjutan untuk membantu para guru meningkatkan kualitas, membangun community learning centre di bidang pendidikan, serta memberikan beasiswa kepada anak-anak SMP untuk melanjutkan pendidikan. Kini, di usia 6 tahun, Titian Foundation sudah memberikan beasiswa kepada 500 anak. Bahkan kini beberapa dari mereka sudah lulus dan masuk universitas unggulan.